SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI

Empat belas abad silam Allah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia, di masa ketika masyarakat Arab berada dalam jurang kenistaan, kekacauan dan kejahiliyahan. Mereka adalah bangsa tak berperadaban, yang menyembah berhala buatan tangan mereka sendiri, yang
meyakini peperangan dan pertumpahan darah sebagai hal yang mulia, dan bahkan tega membunuh anak-anak mereka sendiri. Namun, melalui Islam mereka mendapatkan pengetahuan tentang nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban. Tidak hanya bangsa Arab, namun seluruh bangsa yang memeluk Islam terbebaskan dari kegelapan zaman jahiliyah dan tercerahkan oleh hikmah ilahiyah Al Qur’an. Di antara hal penting yang disampaikan Al Qur’an untuk umat manusia adalah pola pikir untuk apa mereka diciptakan ke dunia ini dan bagaimana menyikapinya agar bisa selamat dunia sampai akherat ?

Selasa, Juli 28, 2009

Kewajiban Kerja Keras dalam Islam

Kewajiban Kerja Keras dalam Islam

“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Qur’an, dan Dia tidak membuat sesuatu yang tidak lurus di dalamnya. Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan (manusia) akan siksa yang pedih dari Allah dan memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman, yang mengerjakan amal soleh, bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik. Mereka (akan menikmati kehidupan sorga) kekal di dalamnya untuk selamanya”(al-Kahfi:1-3)
Al-Qur’an adalah pedoman bagi manusia yang ingin memilih jalan kebenaran daripada jalan kesesatan (al-Baqarah :185), pembimbing (guidance) untuk membina ketakwaan (al-Baqarah: 2). Namun, hidup yang taqwa bukan semata harapan atau angan-angan untuk meraih kebahagiaan, tetapi merupakan medan dan cara kerja yang sebaik-baiknya untuk merealisasikan kehidupan yang berjaya di dunia dan memperoleh balasan yang lebih baik lagi di akhirat (an-Nahl: 97).
Bekerja adalah kodrat hidup, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik biologis, maupun kehidupan individual dan sosial dalam berbagai bidang (al-Mulk: 2). Seseorang layak untuk mendapatkan predikat yang terpuji seperti potensial, aktif, dinamis, produktif atau profesional, semata-mata karena prestasi kerjanya. Karena itu, agar manusia benar-benar “hidup”, dalam kehidupan ini ia memerlukan ruh (spirit). Untuk ini, Al Qur’an diturunkan sebagai “ruhan min amrina”, yakni spirit hidup ciptaan Allah, sekaligus sebagai “nur” (cahaya) yang tak kunjung padam, agar aktivitas hidup manusia tidak tersesat (asy-Syura: 52).
Posisi Kerja dalam Kitabullah
Al-Qur’an menyebut kerja dengan berbagai terminologi. Al-Qur’an menyebutnya sebagai “amalun”, terdapat tidak kurang dari 260 musytaqqat (derivatnya), mencakup pekerjaan lahiriah dan batiniah. Disebut “fi’lun” dalam sekitar 99 derivatnya, dengan konotasi pada pekerjaan lahiriah. Disebut dengan kata “shun’un”, tidak kurang dari 17 derivat, dengan penekanan makna pada pekerjaan yang menghasilkan keluaran (output) yang bersifat fisik. Disebut juga dengan kata “taqdimun”, dalam 16 derivatnya, yang mempunyai penekanan makna pada investasi untuk kebahagiaan hari esok.
Pekerjaan yang dicintai Allah SWT adalah yang berkualitas. Untuk menjelaskannya, Al Qur’an mempergunakan empat istilah: “Amal Shalih”, tak kurang dari 77 kali; ‘amal yang “Ihsan”, lebih dari 20 kali; ‘amal yang “Itqan”, disebut 1 kali; dan ”al-Birr”, disebut 6 kali. Pengungkapannya kadang dengan bahasa perintah, kadang dengan bahasa anjuran. Pada sisi lain, dijelaskan juga pekerjaan yang buruk dengan akibatnya yang buruk pula dalam beberapa istilah yang bervariasi. Sebagai contoh, disebutnya sebagai perbuatan syaitan (al-Maidah: 90, al-Qashash:15), perbuatan yang sia-sia (Ali Imran: 22, al-Furqaan: 23), pekerjaan yang bercampur dengan keburukan (at-Taubah:102), pekerjaan kamuflase yang nampak baik, tetapi isinya buruk (an-Naml:4, Fusshilat: 25).
Al-Qur’an sebagai pedoman kerja kebaikan, kerja ibadah, kerja taqwa atau amal shalih, memandang kerja sebagai kodrat hidup. Al-Qur’an menegaskan bahwa hidup ini untuk ibadah (adz-Dzariat: 56). Maka, kerja dengan sendirinya adalah ibadah, dan ibadah hanya dapat direalisasikan dengan kerja dalam segala manifestasinya (al-Hajj: 77-78, al-Baqarah:177).
Jika kerja adalah ibadah dan status hukum ibadah pada dasarnya adalah wajib, maka status hukum bekerja pada dasarnya juga wajib. Kewajiban ini pada dasarnya bersifat individual, atau fardhu ‘ain, yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain. Hal ini berhubungan langsung dengan pertanggung jawaban amal yang juga bersifat individual, dimana individulah yang kelak akan mempertanggung jawabkan amal masing-masing. Untuk pekerjaan yang langsung memasuki wilayah kepentingan umum, kewajiban menunaikannya bersifat kolektif atau sosial, yang disebut dengan fardhu kifayah, sehingga lebih menjamin terealisasikannya kepentingan umum tersebut. Namun, posisi individu dalam konteks kewajiban sosial ini tetap sentral. Setiap orang wajib memberikan kontribusi dan partisipasinya sesuai kapasitas masing-masing, dan tidak ada toleransi hingga tercapai tingkat kecukupan (kifayah) dalam ukuran kepentingan umum.
Syarat pokok agar setiap aktivitas kita bernilai ibadah ada dua, yaitu sebagai berikut.
Pertama, Ikhlas, yakni mempunyai motivasi yang benar, yaitu untuk berbuat hal yang baik yang berguna bagi kehidupan dan dibenarkan oleh agama. Dengan proyeksi atau tujuan akhir meraih mardhatillah (al-Baqarah:207 dan 265).
Kedua, shawab (benar), yaitu sepenuhnya sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh agama melalui Rasulullah saw untuk pekerjaan ubudiyah (ibadah khusus), dan tidak bertentangan dengan suatu ketentuan agama dalam hal muamalat (ibadah umum). Ketentuan ini sesuai dengan pesan Al-Qur’an (Ali Imran: 31, al-Hasyr:10).
Ketika kita memilih pekerjaan, maka haruslah didasarkan pada pertimbangan moral, apakah pekerjaan itu baik (amal shalih) atau tidak. Islam memuliakan setiap pekerjaan yang baik, tanpa mendiskriminasikannya, apakah itu pekerjaan otak atau otot, pekerjaan halus atau kasar, yang penting dapat dipertanggungjawabkan secara moral di hadapan Allah. Pekerjaan itu haruslah tidak bertentangan dengan agama, berguna secara fitrah kemanusiaan untuk dirinya, dan memberi dampak positif secara sosial dan kultural bagi masyarakatnya. Karena itu, tangga seleksi dan skala prioritas dimulai dengan pekerjaan yang manfaatnya bersifat primer, kemudian yang mempunyai manfaat pendukung, dan terakhir yang bernilai guna sebagai pelengkap.
Kualitas Etik Kerja
Al-Qur’an menanamkan kesadaran bahwa dengan bekerja berarti kita merealisasikan fungsi kehambaan kita kepada Allah, dan menempuh jalan menuju ridha-Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf hidup, dan memberi manfaat kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain. Dengan tertanamnya kesadaran ini, seorang muslim atau muslimah akan berusaha mengisi setiap ruang dan waktunya hanya dengan aktivitas yang berguna. Semboyangnya adalah “tiada waktu tanpa kerja, tiada waktu tanpa amal.’ Adapun agar nilai ibadahnya tidak luntur, maka perangkat kualitas etik kerja yang Islami harus diperhatikan.
Berikut ini adalah kualitas etik kerja yang terpenting untuk dihayati.
1. Ash-Shalah (Baik dan Bermanfaat)
Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan bermanfaat bagi kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan mengangkat derajat manusia baik secara individu maupun kelompok. “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya.” (al-An’am: 132)
Ini adalah pesan iman yang membawa manusia kepada orientasi nilai dan kualitas. Al Qur’an menggandengkan iman dengan amal soleh sebanyak 77 kali. Pekerjaan yang standar adalah pekerjaan yang bermanfaat bagi individu dan masyarakat, secara material dan moral-spiritual. Tolok ukurnya adalah pesan syariah yang semata-mata merupakan rahmat bagi manusia. Jika tidak diketahui adanya pesan khusus dari agama, maka seseorang harus memperhatikan pengakuan umum bahwa sesuatu itu bermanfaat, dan berkonsultasi kepada orang yang lebih tahu. Jika hal ini pun tidak dilakukan, minimal kembali kepada pertimbangan akal sehat yang didukung secara nurani yang sejuk, lebih-lebih jika dilakukan melalui media shalat meminta petunjuk (istikharah). Dengan prosedur ini, seorang muslim tidak perlu bingung atau ragu dalam memilih suatu pekerjaan.
2. Al-Itqan (Kemantapan atau perfectness)
Kualitas kerja yang itqan atau perfect merupakan sifat pekerjaan Tuhan (baca: Rabbani), kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang islami (an-Naml: 88). Rahmat Allah telah dijanjikan bagi setiap orang yang bekerja secara itqan, yakni mencapai standar ideal secara teknis. Untuk itu, diperlukan dukungan pengetahuan dan skill yang optimal. Dalam konteks ini, Islam mewajibkan umatnya agar terus menambah atau mengembangkan ilmunya dan tetap berlatih. Suatu keterampilan yang sudah dimiliki dapat saja hilang, akibat meninggalkan latihan, padahal manfaatnya besar untuk masyarakat. Karena itu, melepas atau menterlantarkan ketrampilan tersebut termasuk perbuatan dosa. Konsep itqan memberikan penilaian lebih terhadap hasil pekerjaan yang sedikit atau terbatas, tetapi berkualitas, daripada output yang banyak, tetapi kurang bermutu (al-Baqarah: 263).
3. Al-Ihsan (Melakukan yang Terbaik atau Lebih Baik Lagi)
Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan memberikan dua pesan, yaitu sebagai berikut.
Pertama, ihsan berarti ‘yang terbaik’ dari yang dapat dilakukan.
Dengan makna pertama ini, maka pengertian ihsan sama dengan ‘itqan’. Pesan yang dikandungnya ialah agar setiap muslim mempunyai komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam segala hal yang ia kerjakan.
Kedua ihsan mempunyai makna ‘lebih baik’ dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya. Makna ini memberi pesan peningkatan yang terus-menerus, seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu, dan sumber daya lainnya. Adalah suatu kerugian jika prestasi kerja hari ini menurun dari hari kemarin, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi saw. Keharusan berbuat yang lebih baik juga berlaku ketika seorang muslim membalas jasa atau kebaikan orang lain. Bahkan, idealnya ia tetap berbuat yang lebih baik, hatta ketika membalas keburukan orang lain (Fusshilat :34, dan an Naml: 125)
Semangat kerja yang ihsan ini akan dimiliki manakala seseorang bekerja dengan semangat ibadah, dan dengan kesadaran bahwa dirinya sedang dilihat oleh Allah SWT.
4. Al-Mujahadah (Kerja Keras dan Optimal)
Dalam banyak ayatnya, Al-Qur’an meletakkan kulaitas mujahadah dalam bekerja pada konteks manfaatnya, yaitu untuk kebaikan manusia sendiri, dan agar nilai guna dari hasil kerjanya semakin bertambah. (Ali Imran: 142, al-Maidah: 35, al-Hajj: 77, al-Furqan: 25, dan al-Ankabut: 69).
Mujahadah dalam maknanya yang luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama adalah ”istifragh ma fil wus’i”, yakni mengerahkan segenap daya dan kemampuan yang ada dalam merealisasikan setiap pekerjaan yang baik. Dapat juga diartikan sebagai mobilisasi serta optimalisasi sumber daya. Sebab, sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan fasilitas segala sumber daya yang diperlukan melalui hukum ‘taskhir’, yakni menundukkan seluruh isi langit dan bumi untuk manusia (Ibrahim: 32-33). Tinggal peran manusia sendiri dalam memobilisasi serta mendaya gunakannya secara optimal, dalam rangka melaksanakan apa yang Allah ridhai.
Bermujahadah atau bekerja dengan semangat jihad (ruhul jihad) menjadi kewajiban setiap muslim dalam rangka tawakkal sebelum menyerahkan (tafwidh) hasil akhirnya pada keputusan Allah (Ali Imran: 159, Hud: 133).
5. Tanafus dan Ta’awun (Berkompetisi dan Tolong-menolong)
Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal solih. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat “amar” atau perintah. Ada perintah “fastabiqul khairat” (maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan) (al-Baqarah: 108). Begitu pula perintah “wasari’u ilaa magfirain min Rabbikum wajannah” `bersegeralah lamu sekalian menuju ampunan Rabbmu dan surga` Jalannya adalah melalui kekuatan infaq, pengendalian emosi, pemberian maaf, berbuat kebajikan, dan bersegera bertaubat kepada Allah (Ali Imran 133-135). Kita dapati pula dalam ungkapan “tanafus” untuk menjadi hamba yang gemar berbuat kebajikan, sehingga berhak mendapatkan surga, tempat segala kenikmatan (al-Muthaffifin: 22-26). Dinyatakan pula dalam konteks persaingan dan ketaqwaan, sebab yang paling mulia dalam pandangan Allah adalah insan yang paling taqwa (al Hujurat: 13). Semua ini menyuratkan dan menyiratkan etos persaingan dalam kualitas kerja.
Oleh karena dasar semangat dalam kompetisi islami adalah ketaatan kepada Allah dan ibadah serta amal shalih, maka wajah persaingan itu tidaklah seram; saling mengalahkan atau mengorbankan. Akan tetapi, untuk saling membantu (ta’awun). Dengan demikian, obyek kompetisi dan kooperasi tidak berbeda, yaitu kebaikan dalam garis horizontal dan ketaqwaan dalam garis vertikal (al-Maidah: 3), sehingga orang yang lebih banyak membantu dimungkinkan amalnya lebih banyak serta lebih baik, dan karenanya, ia mengungguli score kebajikan yang diraih saudaranya.
6. Mencermati Nilai Waktu
Keuntungan atau pun kerugian manusia banyak ditentukan oleh sikapnya terhadap waktu. Sikap imani adalah sikap yang menghargai waktu sebagai karunia Ilahi yang wajib disyukuri. Hal ini dilakukan dengan cara mengisinya dengan amal solih, sekaligus waktu itu pun merupakan amanat yang tidak boleh disia-siakan. Sebaliknya, sikap ingkar adalah cenderung mengutuk waktu dan menyia-nyiakannya. Waktu adalah sumpah Allah dalam beberapa ayat kitab suci-Nya yang mengaitkannya dengan nasib baik atau buruk yang akan menimpa manusia, akibat tingkah lakunya sendiri. Semua macam pekerjaan ubudiyah (ibadah vertikal) telah ditentukan waktunya dan disesuaikan dengan kesibukan dalam hidup ini. Kemudian, terpulang kepada manusia itu sendiri: apakah mau melaksanakannya atau tidak.
Mengutip al-Qardhawi dalam bukunya “Qimatul waqti fil Islam”: waktu adalah hidup itu sendiri, maka jangan sekali-kali engkau sia-siakan, sedetik pun dari waktumu untuk hal-hal yang tidak berfaidah. Setiap orang akan mempertanggung jawabkan usianya yang tidak lain adalah rangkaian dari waktu. Sikap negatif terhadap waktu niscaya membawa kerugian, seperti gemar menangguhkan atau mengukur waktu, yang berarti menghilangkan kesempatan. Namun, kemudian ia mengkambing hitamkan waktu saat ia merugi, sehingga tidak punya kesempatan untuk memperbaiki kekeliruan.
Jika kita melihat mengenai kaitan waktu dan prestasi kerja, maka ada baiknya dikutip petikan surat Khalifah Umar bin Khatthab kepada Gubernur Abu Musa al-Asy’ari ra, sebagaimana dituturkan oleh Abu Ubaid, ”Amma ba’du. Ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu terletak pada prestasi kerja. Oleh karena itu, janganlah engkau tangguhkan pekerjaan hari ini hingga esok, karena pekerjaanmu akan menumpuk, sehingga kamu tidak tahu lagi mana yang harus dikerjakan, dan akhirnya semua terbengkalai.” (Kitab al-Amwal,10)
Jihad Sebagai Etos
Ruhul jihad dalam bekerja mempersyaratkan mobilisasi dan optimalisasi pemberdayaan segenap potensi di jalan Allah untuk kebaikan setiap orang. Ruhul mujahadah menuntut kesabaran dan kontinyuitas kerja, bahkan menuntut tingkat kesabaran ekstra yang mampu mengungguli kesabaran para pesaing. Semua itu didukung dengan ketekunan untuk murabathah, yakni pantang meninggalkan pekerjaan sebelum selesai (Ali Imran: 200). Ruhul jihad menolak setiap bentuk ketidakcermatan dalam memanajemen waktu yang begitu berharga; ketidak rofesionalan dalam mengelola sumber daya yang demikian mahal. Dengan tegas pula, ia menolak setiap perasaan dan sikap lemah, malas dan kurang serius, mengandalkan pada kemampuan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan, lebih-lebih mencatut prestasi orang lain sebagai hasil karyanya. Sebab, cara ini analog dengan memakan harta orang lain secara batil (al Baqarah: 188 )
Secara teoritis, Kaum Muslimin mempunyai etos kerja yang demikian kuat dan mendasar, karena ia bermuara pada iman, berhubungan langsung dengan kekuatan Allah, dan merupakan persoalanm hidup dan mati. Akan tetapi, tidak diingkari kalau kenyataannya masih ‘jauh panggang dari pada api’. Sebaliknya, Kaum Muslimin belum tahu kalau mereka itu mempunyai kekuatan etos kerja yang sangat dahsyat, dan ketika mereka melihat prestasi suatu bangsa atau umat lain, sebagian orang Islam salut dan terpana dengan etos kerja mereka, dan kadang sambil bertanya dengan agak sinis: Adakah etos kerja dalam Islam?
Maka, di sinilah Kaum Muslimin harus kembali kepada Islam secara benar dan mengambil semangat atau ‘apinya’. Karena, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Islam adalah pangkal segala urusan hidup, tiang pancangnya shalat, dan ujung tombaknya adalah jihad.” (H.R.Thabrani)
Dengan ruhul jihad, setiap muslim akan mampu mengukir prestasi dengan penuh kegairahan, kemudian secara pasti akan mengembalikan ‘izzah atau harga dirinya, sehingga disegani oleh umat lain. Sebab, kemuliaan dan gensi itu adalah milik Allah, rasul-Nya, serta orang-orang beriman (al-Munafiqun: 8 ). Tanpa semangat jihad, mereka takkan lebih dari sekedar umat ritual yang nampak soleh, tetapi tanpa gengsi, bahkan boleh jadi inferior terhadap umat atau bangsa lain.
Semangat inilah yang hendak dirusak dan dilumpuhkan oleh pemikiran dan budaya asing, demi lestarinya pengaruh mereka terhadap negeri-negeri muslim. Kaum Muslimin dijadikan target invasi pemikiran dan budaya (al-gazwul fikri). Mereka dicuri waktunya dengan berbagai sarana dan acara hiburan yang menyuguhkan budaya santai, lembek, dan pornografis. Maka, bersemailah di bumi Kaum Muslimin hiburan-hiburan yang berselera rendah, sikap basa-basi, asal bapak senang (ABS) serta budaya minta petunjuk, memudarnya kejantanan kaum pria yang bergaya wanita, dan akhirnya membentuk sikap al wahn, yakni cinta dunia dan takut mati.
Profil seorang muslim adalah insan yang ramah, tetapi bukan lemah; serius, tetapi familiar dan tidak kaku; perhitungan, tetapi bukan pelit; penyantun, tetapi mengajak bertanggung jawab; disiplin, tetapi pengertian, mendidik, dan mengayomi; kreatif dan enerjik, tetapi hanya untuk kebaikan; selalu memikirkan prestasi, tetapi bukan untuk dirinya sendiri. Kesenangannya adalah meminta maaf dan memberi bantuan dan kepandaiannya adalah dalam rangka mengakui karunia Allah dan menghargai jasa atau prestasi orang lain.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan alam, Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat, serta para mujahidin di segala bidang sepanjang zaman. Berkat prestasi kerja mereka itulah, peta kejayaan ummat dapat diukurkan. Semoga kita mampu bergabung dalam barisan mereka. Aamin.
Kiriman dari seorang Warga. Sumber :http://www.mta-online.com

Kamis, Juli 23, 2009

Hizbut Tahrir Indonesia Kecam Pelaku Peledakan Bom JW Marriot dan Ritz Carlton

Sunday, 19 July 2009
Hizbut Tahrir Indonesia Kecam Pelaku Peledakan Bom JW Marriot dan Ritz Carlton

Sebagaimana telah diberitakan secara meluas bahwa pada Jumat 17 Juli 2009 sekitar jam 7 pagi telah terjadi ledakan bom di Hotel JW. Marriot dan Ritz Carlton, Jakarta. Ledakan dahsyat di kedua hotel itu diberitakan telah mengakibatkan 9 orang meninggal dunia dan lebih dari 50 orang luka-luka. Berkenaan dengan hal itu, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:

Pertama, Mengutuk pelaku peledakan bom itu sebagai tindakan dzalim luar biasa. Syariat Islam dengan tegas melarang siapapun dengan motif apapun membunuh orang tanpa haq, merusak milik pribadi dan fasilitas milik umum, apalagi bila tindakan itu menimbulkan korban dan ketakutan yang meluas.

Kedua, Menyerukan kepada semua pihak, khususnya kepolisian dan media massa, untuk bersikap hati-hati menanggapi spekulasi yang mengaitkan bom JW Marriot dan Ritz Carlton ini dengan kelompok, gerakan atau organisasi Islam. Dari sekian kemungkinan, bisa saja peledakan bom itu sengaja dilakukan oleh orang atau kelompok tertentu untuk mengacaukan situasi keamanan di masyarakat dan negara ini demi kepentingan politik mereka sambil mendiskreditkan organisasi Islam dan melakukan rekayasa sistematis serta provokasi keji untuk terus menyudutkan Indonesia sebagai sarang terorisme.

Ketiga, Meminta kepada pihak kepolisian untuk segera menangkap pelaku peledakan dan mengungkap motif dibalik tindakan itu. Hanya dengan cara ini saja segala macam spekulasi yang bisa menimbulkan keresahan di tengah masyarakat bisa dihentikan.

Jakarta, 17 Juli 2009/24 Rajab 1409 H

Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto

Hp: 0811119796 Email: Ismaily@telkom.net

Sumber : http://hizbut-tahrir.or.id/2009/07/17/hizbut-tahrir-indonesia-kecam-pelaku-peledakan-bom-jw-marriot-dan-ritz-carlton/

Ba’asyir: Kasus bom Kuningan janggal

Sukoharjo (Espos) Penasihat Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin Ngruki, Grogol, Sukoharjo, Ustad Abu Bakar Ba’asyir mensinyalir adanya rekayasa yang dilakukan pihak tertentu untuk menyalahkan Islam, terkait ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton Jakarta baru-baru ini.

Dalam kesempatan jumpa pers dengan wartawan di Kompleks Ponpes Al Mukmin Ngruki, Rabu (22/7), Ba’asyir mengatakan, jika benar pelaku bom bunuh diri menginap terlebih dahulu di hotel untuk merakit bom, maka bukan orang sembarangan yang bisa melakukannya. Pasalnya, pengamanan di kedua hotel tersebut sangat ketat sehingga hal itu dirasakan janggal.
Menurut Ba’asyir, jika ada peristiwa peledakan bom, jangan lantas di-gebyah uyah dengan menuduhkannya kepada umat Islam tanpa bukti-bukti kuat. Sebab, Islam tak mengajarkan kekerasan, kecuali dalam kondisi darurat. ”Saya berharap polisi bertindak jujur dalam menganalisa kasus ledakan bom di kedua hotel tersebut,” papar dia.
Ba’asyir bersikukuh mencium adanya rekayasa dari musuh-musuh Islam yang ingin memfitnah Islam. Bahkan ia mempercayai ada campur tangan pihak asing yang berkepentingan menjatuhkan nama baik Islam. Dikatakan dia, Islam tidak mengajarkan terorisme dalam berjihad sehingga tak ada alasan mengidentikkan pelaku teroris dengan umat Islam.
Ba’asyir mengungkapkan, konsep jihad menurut pendapatnya tidak boleh dilakukan dengan cara kekerasan, kecuali di medan perang. Dikatakan dia, jihad di Indonesia lebih didahulukan dengan mendakwahkan Islam secara damai. ”Tapi kalau memang ada pendapat lain tentang jihad, itu tergantung ijtihad mereka masing-masing,” papar dia.
Lebih lanjut, Ba’asyir mengaku tak mengenal Nur Said yang disebut-sebut sebagai salah satu pelaku bom bunuh diri di Mega Kuningan yang belakangan dibantah polisi. Sebelumnya, nama Nur Said asal Temanggung diakui sebagai alumnus Ponpes Ngruki oleh Direktur Ponpes, Ustad Wahyudin. ”Kalau Mukhlas saya pernah ketemu. Yang Nur Said ini tidak kenal,” jelasnya. - Oleh : rei
Sumber : Solopos Edisi 23-07-2009 Hal.VI

Al Qaeda otaki bom Kuningan ?

Edisi : Rabu, 22 Juli 2009 , Hal.1
Mantan Kadensus 88: Al Qaeda otaki bom Kuningan

Jakarta (Espos) Jaringan Al Qaeda diyakini sebagai otak di balik pengeboman di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Jumat (17/7) lalu.
Sementara itu, buronan teroris nomor satu Noordin M Top dipastikan masih di Indonesia.

Gerak pria asal Malaysia ini diduga lebih bebas di Indonesia dibanding di Filipina atau negara lain.
”Secara fakta hukum atau fakta yang ditemukan, polanya kayak apa, motifnya kayak apa, kalian juga sudah lama tahu bahwa bom Bali dananya dari Al Qaeda, kalian juga tahu bom Marriott dari Al Qaeda,” kata mantan Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri, Brigjen Pol (Purn) Suryadharma seusai diskusi di TVOne, Wisma Nusantara, Jakarta, Selasa (21/7).
Dia juga meyakini, tidak ada jaringan baru yang melakukan itu. Kalaupun ada jaringan baru, itu adalah sel yang dibentuk Noordin M Top.
”Seratus persen tidak ada jaringan baru, hanya tetap mereka membentuk sel baru. Kalau ada organisasi baru no, tapi ada sel-sel baru yang dibentuk Noordin ya,” lanjutnya.
Ia juga yakin ada keterlibatan orang dalam saat bom di JW Marriott dan Ritz Carlton meletus, Jumat (17/7) lalu. Selain itu, bom dirakit di luar dan kemudian dibawa ke dalam hotel. ”Saya yakin ada orang dalam,” kata Suryadharma.
Menurut dia, dari pengalaman menyelidiki kasus terorisme, para pelaku bom bunuh diri tidak merakit bom di dalam, tapi membawanya dari luar. Karena itu dia yakin ada orang dalam yang terlibat. ”Kelompok Noordin tidak mungkin merakit di dalam,” tandasnya.
Lebih jauh, Suryadharma menjelaskan, pelaku bom bunuh diri tak memiliki kemampuan merakit bom. ”Mereka (eksekutor-red) hanya mengetahui how to use a bomb,” jelas Suryadharma.
Operasi pengeboman bunuh diri seperti di kedua hotel itu juga tak memungkinkan eksekutor bertemu perakit bom. Pernyataan Suryadharma dikuatkan pengamat terorisme, Al Haidar. Menurut Haidar, bom diduga dibuat oleh operator yang berada di luar hotel, dan dioperasikan secara tidak profesional oleh pelaku pemboman. ”Diduga kuat, bom tidak dirakit di dalam kamar hotel, seperti yang banyak disampaikan yakni di kamar 1808 JW Marriot. Melainkan dirakit di luar, kemudian dibawa ke hotel sebelum diledakkan. Pelaku bom, hanya mengerti tombol off/on saja. Tidak paham teknis operasi bom,” tutur Al Haidar.
Sementara itu pihak kepolisian tidak mau berspekulasi perihal bagaimana bom dan bahan peledak bisa masuk ke hotel. ”Itu masih kami selidiki, apakah memang kelalaian petugas yang jaga atau tidak bisa dideteksi. Masih dicek,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna dalam jumpa pers di Media Center, Bellagio, Mega Kuningan, Jakarta.
Sementara itu, nasib Isa Ibrahim, salah seorang petugas hotel Ritz Carlton masih misterius. Diduga kuat, ia termasuk yang tewas dalam kondisi hancur. Bahkan muncul dugaan, Ibrahim merupakan pelaku bom di Ritz Carlton. Salah satu indikasinya, jenazah Ibrahim hancur saat ditemukan di Ritz.
Memang polisi belum memastikan Ibrahim menjadi korban tewas. Saat ini, polisi masih menunggu hasil tes DNA keluarga Ibrahim. Kemungkinan hasil tes DNA keluarga Ibrahim akan bisa diketahui dua atau tiga hari mendatang.
Sumber di kepolisian mengatakan polisi sudah menduga Ibrahim merupakan korban tewas yang jenazahnya mengalami kerusakan parah. Bahkan, batok kepalanya juga terkelupas, wajahnya tidak bisa dikenali. ”Tinggal menunggu hasil DNA untuk kepastiannya. Tapi, diduga kuat dia pelaku bom bunuh diri,” kata sumber yang enggan disebut namanya itu, Selasa.
Keluarga Ibrahim telah datang ke RS Sukanto Polri Senin (20/7). Mereka mencari Ibrahim yang tidak diketahui keberadaannya. Keluarga sudah mencari Ibrahim ke semua RS, namun tidak ada catatan korban luka bernama Ibrahim. Akhirnya, keluarga Ibrahim mendatangi RS Polri sebagai RS terakhir, sebab semua jenazah dibawa ke RS Polri.
Keluarga Ibrahim diperbolehkan melihat jenazah yang belum teridentifikasi. Setelah itu, tim identifikasi juga meminta agar keluarga mengirimkan sikat gigi dan barang-barang lain untuk membantu identifikasi atau tes DNA. Di awal kedatangannya, keluarga sempat menjelaskan tentang identitas Ibrahim. Namun, setelah bertemu tim identifikasi, keluarga Ibrahim tidak mau bicara lagi kepada wartawan.
Sebenarnya wartawan sudah mengendus kemungkinan Ibrahim sebagai pelaku bom sejak keluarga Ibrahim dilarang memberi pernyataan kepada wartawan. Apalagi, saat ditunggu wartawan hingga malam hari, keberadaan keluarga Ibrahim juga tak terlihat lagi. Hadyu Muhammad, salah seorang keluarga Ibrahim sempat menceritakan bahwa Ibrahim bekerja sebagai florist di Ritz-Carlton sejak empat tahun lalu. ”Saat ledakan terjadi, dia masuk pagi,” ujar dia.
Ibrahim yang asal Kuningan Jawa Barat itu selama di Jakarta tinggal di sebuah tempat kos di belakang Ritz Carlton. Pada bagian lain, dua korban tewas ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton sudah teridentifikasi. ”Dua yang diduga warga negara Belanda yang diduga juga sebagai pasangan suami-istri,” lanjut Nanan Soekarna.
Menurut Nanan, korban asal Belanda bernama Ejc Keanin dan Pieter Burer. Sedangkan dua korban yang tersisa, masih menunggu identifikasi.
Sementara itu, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin, Ngruki, Cemani, Sukoharjo mengakui Nur Said yang disebut-sebut sebagai pelaku bom bunuh diri alumnus pondok pesantren tersebut. Bahkan dalam buku induk Ponpes juga ditemukan nama Asmar Latin Sani yang merupakan pelaku bom bunuh diri di JW Marriot I pada 2003 silam. Asmar diketahui sebagai rekan seangkatan Nur Said yang lulus tahun 1994.
Direktur Ponpes Al Mukmin, Wahyudin dalam jumpa pers, Selasa, mengatakan nama Nur Said ditemukan pihak Ponpes dalam buku induk siswa. Sebelumnya nama Nur Said memang masih simpang siur antara Nur Sahid, Nur Hasdi, Nur Hasbi dan Nurdin Azis. ”Sebelumnya kami membantah karena nama yang dicurigai sebagai pelaku berbeda-beda. Tapi setelah ada kepastian namanya Nur Said dari Temanggung dengan nama ibu, Tuminem atau Tumiyem, barulah nama itu kami temukan,” jelasnya, Selasa (21/7).
Wahyudin menerangkan, Nur Said menuntut ilmu di Ponpes Al Mukmin selama enam tahun, terhitung sejak MTs hingga MAN. Meski lama, namun yang bersangkutan bukan siswa yang menonjol. Mengenai keterlibatan sejumlah alumnus Ponpes Ngruki dalam jaringan teroris, Wahyudin menjawab bukan lagi menjadi tanggung jawab pesantren. Sebab, para alumnus tersebut sudah lulus sekolah.
”Mengenai sejumlah alumnus Ngruki yang terlibat teroris, saya kira sudah bukan menjadi tanggung jawab kami lagi. Kemudian kalau yang dipersoalkan kurikulum, sebenarnya juga tidak tepat karena toh kebanyakan siswa tidak seperti itu. Hanya satu dua siswa yang terlibat dalam terorisme. Jadi kenapa yang diubah kurikulumnya?” ujar dia.
Secara prinsip, Wahyudin menegaskan, Ponpes Al Mukmin tak pernah mengajarkan kekerasan.
Terpisah, Menteri Dalam Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan pejabat intelijen Malaysia datang ke Jakarta untuk berkoordinasi dalam perburuan Noordin M Top. “Tiga pendukung Noordin ditahan sebelum serangan bom pada 17 Juli tersebut,” ujar Hishammuddin.

Pelarian Nur Said

- Nur Said sudah lama diburu polisi setelah penggerebekan Noordin M Top di Jl Raya Kretek-Wonosobo Km 4 Wonosobo, Jawa Tengah, 29 April 2004.
- Dalam peristiwa itu Abdul Hadi, teman satu angkatan Nur Said tewas. Sedangkan Mustafirin yang disebut-sebut sebagai kader pelaku bom bunuh diri Noordin M Top untuk aksi berikutnya ditangkap.
- Sejak peristiwa itu, Nur Said menghilang. Diduga Nur mengikuti pergerakan ke mana pun Noordin M Top pergi.
- Saat polisi melakukan penggerebekan di sebuah rumah kontrakan di Kota Semarang, nama Nur Said kembali disebut polisi.
- Nur Said juga berhubungan dengan Abu Nasim alias Seno Aji, yang ditangkap 23 Februari 2008 di Dusun Lembu Jati, Banaran, Temanggung, Jawa Tengah.

Sumber: Keterangan paman Nur Said, Ahmad Rafi’i - Oleh : dtc/aps/haw

Memburu Noordin M Top

Edisi : Rabu, 22 Juli 2009 , Hal.1

Perekrut ”calon pengantin” bergerak dengan lompat katak

Hingga kini, gembong teroris, Noordin M Top, diyakini berada di balik pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Jumat (17/7) lalu. Lalu mengapa para teroris ini sedemikian susah ditangkap, bahkan terus memborbardir negeri ini?

Pengamat intelijen, Wawan H Purwanto, Selasa (21/7) menyebutkan, para teroris ini menerapkan pola khusus untuk bergerak menghindari penangkapan.
”Mereka menggunakan pola lompat katak. Sehingga kalau digerebek di sini, mereka langsung saling memberi tahu (untuk segera berpindah-red),” kata Wawan.
Menurut Wawan, bila pola reguler diterapkan, tinggal di satu tempat, pasti cepat tertangkap. Dia mencontohkan Noordin M Top yang selalu luput dari penggerebekan. Sebelumnya, polisi mengendus keberadaan Noordin dua pekan lalu di Bogor. Namun, menyusul penangkapan tersangka teroris Saefudin Zukhri, di Cilacap 21 Juni lalu, Noordin telah bergeser.
”Jadi dari Cilacap didapat info banyak sekali. Dari sana lantas dikembangkan dan dilakukan pengejaran. Pengejaran memang tidak dipublikasikan,” kata Wawan.
Wawan menilai tidak ada kesengajaan polisi untuk membiarkan Noordin bebas pascapenggeberekan di Cilacap pada akhir Juni lalu. Sebab, hal itu merupakan pelanggaran yang serius jika dilakukan.
Noordin M Top masuk dalam daftar pencarian orang yang dikeluarkan polisi beberapa tahun ini. Dari sejumlah nama yang dipampang dia satu-satunya buronan untuk kasus terorisme.
Noordin masih eksis sebagai buronan paling dicari. Ciri-ciri fisik Noordin juga ditampilkan, antara lain tinggi badan 168 cm, berat badan 67 kg, tanggal lahir 4 April 1964, dan bahasa yang dikuasai, Arab dan Indonesia.
Selama ini, Noordin menurut berbagai sumber, dikenal sebagai perekrut handal. Dia yang mencari dan menggalang anggota-anggota baru untuk melakukan pengeboman atau yang biasa disebut di kalangan kelompok itu sebagai ”calon pengantin”. Disebut demikian karena dipercayai sang pengebom akan menikah dan mendapatkan bidadari di surga.
Noordin bersama kawannya Dr Azahari adalah duo Malaysia meroket ketika rentetan peristiwa pemboman terjadi mulai dai Bom Bali pada 2002 lalu. Yang satu mencari calon pengantin dan satunya lagi merakit bom.
Berbagai upaya penangkapan dan penyergapan terus dilakukan. Mulai dari penyergapan di Bandung pada Oktober 2003, Wonosobo pada April 2005, Wonosobo Oktober 2005, dan di Batu, Malang November 2005. Saat penyergapan di Malang, Dr Azahari berhasil ditembak, tapi Noordin tetap lolos.
Terakhir pada 14 Juli 2009, polisi menemukan bom di rumah yang diduga milik mertua Noordin. Dari berbagai rekam jejak penangkapan tersebut, Noordin M Top selalu lolos dari jerat pengejarnya. Namun sempat tersiar kabar, sebenarnya polisi sudah hampir pasti menangkap Noordin saat dia di Cilacap.
Entah bagaimana, Noordin beserta istri dan mertuanya itu lolos. Disebut-sebut, Noordin lebih dahulu mendengar kabar bahwa kawannya, warga Singapura telah ditangkap di Lampung, dia pun kemudian meloloskan diri dari pantauan petugas. Hingga kemudian aksi bom bunuh diri terjadi pada 17 Juli 2009, di JW Marriott dan Ritz Carlton.
Anak buah Noordin disebut sebagai pelaku peledakan bom bunih diri itu. Sang perekrut ”calon pengantin” ini pun kini terus diburu.

Pola pergerakan Noordin M Top:

- Saling memberi tahu jika ada penggerebekan.
- Langsung berpindah tempat jika ada yang tertangkap.
Contoh terakhir, polisi mengendus Noordin berada di wilayah Bogor sejak dua pekan lalu. Namun setelah ada penangkapan di Cilacap, keberadaannya susah diendus.

Upaya penangkapan:
- Bandung (Oktober 2003)
- Wonosobo (April 2005)
- Wonosobo (Oktober 2005)
- Batu, Malang (November 2005), Dr Azahari ditembak.
- Banyumas (Juni 2007), Abu Dujana panglima perang kelompok Noordin ditangkap.
- Palembang (Juli 2008), polisi menangkap kelompok Noordin.
- Lampung (25 Juni 2009), dua warga Singapura di Lampung.
- Cilacap (21 Jun)i ditangkap Saefudin Zukhri.
- Cilacap (14 Juli 2009), polisi menemukan bom di rumah yang diduga milik mertua Noordin.


Noordin M Top

Kewarganegaraan: Malaysia
Tanggal lahir: 4 April 1964
Tinggi badan: 168 cm
Berat badan: 67 kg
Bahasa yang dikuasai: Arab dan Indonesia
Dikenal handal merekrut calon pengebom. Bersama kawannya Dr Azahari, duo Malaysia meroket ketika rentetan peristiwa pemboman terjadi mulai darii Bom Bali 2002. - Oleh : dtc

Polwil sebar ribuan poster Noordin

Solo (Espos) Aparat Polwil Surakarta menyebarkan 15.000 lembar poster buronan teroris nomor wahid, Noordin M Top, di wilayah Soloraya. Penyebaran dilakukan secara serentak oleh ratusan polisi, Rabu (22/7).

Noordin diduga menjadi otak pengeboman di sejumlah daerah, termasuk Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta, pekan lalu. Dalam poster tersebut dimuat beberapa versi foto Noordin. Salah satu gambar adalah foto Noordin terbaru yaitu tidak mengenakan kacamata dan tanpa jenggot serta kumis.
Dari poster yang disebar, ciri-ciri Noordin M Top adalah berbadan tegap, tinggi badan sekitar 170 cm, tidak menggunakan kacamata, warna kulit sawo matang, rambut pendek lurus, tanpa jenggot dan kumis serta logat Melayu begitu kental.
Berdasarkan pantauan Espos, ribuan poster tersebut ditempel di sejumlah pusat keramaian. Di daerah Kleco yang merupakan perbatasan Solo-Sukoharjo, warga langsung antusias melihat poster yang ditempel polisi.
Selain itu, poster bergambar Noordin M Top tersebut juga disebarkan di mal, pasar, pos polisi dan beberapa lokasi strategis lainnya di wilayah Soloraya. Di pusat perbelanjaan Carrefour, Kartasura, poster bergambar Noordin M Top dipasang di pintu masuk dan juga langsung menjadi pusat perhatian pengunjung.
”Di wilayah Soloraya ada 15.000 lembar poster yang disebar. Di tempatkan di lokasi strategis seperti mal, batas kota hingga pusat keramaian lainnya,” ungkap Pasubbag Samapta Polwil Surakarta AKP Awali mewakili Kapolwil Surakarta, Kombes Pol Taufik Ansorie kepada Espos di sela-sela operasi.
Ia menambahkan, dengan penyebaran poster tersebut, diharapkan masyarakat akan lebih mengenali wajah Noordin M Top yang diduga terlibat pengeboman di dua hotel di Kuningan, Jakarta. Selain dilakukan Polwil, penyebaran poster tersebut juga dilaksanakan aparat enam Polres yang ada di bawah Polwil Surakarta. ”Bagi masyarakat yang mengetahui atau melihat dapat langsung menghubungi aparat kepolisian terdekat,” ujar Awali.
Selain melalui poster yang disebarkan, pihaknya mengharapkan melalui pemberitaan di media dapat membantu polisi dalam menangkap buronan tersebut. ”Sampai saat ini kami belum menerima laporan dari masyarakat terkait ada orang yang diindikasikan memiliki ciri-ciri seperti yang ada pada poster-poster DPO yang sudah kami sebarkan sebelumnya,” kata Awali lagi.
Terpisah, Kapolda Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo meminta masyarakat proaktif membantu polisi memerangi aksi terorisme.
Selama ini, menurut orang nomor satu di Polda Jateng itu, wilayah Jawa Tengah kerap disisir terkait aksi teror. Untuk mencegah aksi teror, masyarakat diminta mewaspadai orang tak dikenal yang tinggal di lingkungan sekitarnya. ”Masyarakat harus lebih aktif melaporkan keberadaan dan kegiatan orang tak dikenal,” kata Kapolda Jateng.
Alex menjelaskan, sejauh ini, kepolisian telah meningkatkan keamanan dengan patroli, penjagaan obyek vital, mal, dan lokasi publik lainnya. Hasil kegiatan ini akan lebih optimal jika masyarakat menginformasikan keanehan-keanehan di lingkungan sekitarnya. ”Agar hal-hal buruk dapat dicegah,” ungkapnya.
Hari ini, Kapolda dijadwalkan memberikan penyuluhan kepada para lurah dan Kades Soloraya. Acara digelar di sebuah hotel di Kota Solo. - Oleh : dni/dtc

Nur Said dan Ibrahim bukan pengebom

Edisi : Kamis, 23 Juli 2009 , Hal.1
Polri: Nur Said dan Ibrahim bukan pengebom

Jakarta (Espos) Mabes Polri memastikan pelaku pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton bukan Nur Said dan Ibrahim sebagaimana diberitakan media selama ini.

Kepastian itu diperoleh dari hasil tes DNA yang dilakukan Polri terhadap kepala pelaku pengeboman serta keluarga Nur Said dan Ibrahim. ”Ternyata hasilnya tidak identik dengan DNA para pelaku bom,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Sukarna dalam jumpa pers di Jakarta Media Center, Cafe Ginger Bellagio, Jakarta, Rabu (22/7).
Menurut Nanan, meski dipastikan bukan pelaku bom bunuh diri namun keberadaan Nur dan Ibrahim hingga kemarin masih misterius. Nanan mengatakan, polisi telah membuat sketsa wajah pelaku pengeboman. Dalam keterangan di sketsa itu, pelaku bom di Hotel Marriott berumur sekitar 17 tahun, berjenis kelamin laki-laki, rambut lurus pendek, tinggi sekitar 180 cm-190 cm, serta ukuran sepatu 42-43. Dari ciri-ciri itu, Nur Said jelas bukan pelakunya.
Sedangkan sketsa pelaku bom di Ritz Carlton, berjenis kelamin pria, berusia sekitar 30-40 tahun, rambut lurus pendek, berkulit sawo matang, dan bertinggi badan 165 cm. Dari ciri-ciri itu pelaku juga bukan Ibrahim. ”Baik Nur Said maupun Ibrahim tidak cocok dengan sketsa yang kami buat ini. Jadi, (pelaku) bukan mereka,” jelas dia.
Ditambahkan dia, polisi memastikan dua kepala yang masing-masing ditemukan di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton adalah milik pelaku bom bunuh diri.”Dua kepala sudah bisa diduga sebagai pelaku pembom bunuh diri. Kami melakukan pengumpulan serpihan-serpihan,” kata Kadiv Humas.
SKETSA WAJAH— Kadiv Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Nanan Soekarna menunjukkan foto hasil rekonstruksi dan sketsa wajah dua orang korban yang diduga sebagai tersangka pelaku bom bunuh diri di Hotel Ritz Carlton (foto kiri) dan Hotel JW Marriot (foto kanan) di Jakarta Media Centre, Jakarta, Rabu (22/7). Foto (Antara/Widodo S Jusuf)

Menurut Nanan, untuk bom di JW Marriot, polisi menemukan tubuh yang dipastikan merupakan pasangan kepala tersangka yang diperkirakan berumur 17 tahun tersebut. Tubuh tersebut berukuran cukup besar. Kemudian, lanjutnya, polisi mencoba menarik kemungkinan pelaku merupakan penyewa kamar 1808. Salah satu peralatan di kamar itu diketahui cocok dengan tubuh yang telah teridentifikasi.
Sedangkan untuk bom di Ritz Carlton, kepastian mengenai kepala pelaku didapat dari keterangan saksi. ”Untuk potongan di Ritz Carlton, berdasarkan keterangan saksi, dia adalah sebagai suicide bomber,” pungkasnya.
Nanan belum mau menjelaskan siapa orang lain yang dicurigai sebagai pelaku peledakan bom, setelah Nur Said dan Ibrahim bebas dari sangkaan. “Yang jelas, polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelaku peledakan,” katanya.
Pernyataan Mabes Polri yang menegaskan Ibrahim bukan pelaku peledakan di Hotel Ritz Carlton Jakarta langsung disambut gembira Suci Hani, istri Ibrahim. ”Alhamdulillah, pelakunya bukan suami saya,” kata Suci Hani di Dusun Kliwon, Desa Sampora, Cilimus, Kuningan, Jawa Barat, Rabu.
Keluarga Nur Said di Temanggung dan Klaten juga bersyukur atas pernyataan Polri itu. Ibu mertua Nur Said, Siti Lestari, 57, saat ditemui wartawan di kediamannya, RT 18/RW VII Dukuh Tempel Desa Ngalas, Klaten Selatan, sejak awal meyakini menantunya tidak mungkin berbuat seperti yang dituduhkan.
Karenanya, mereka meminta Ketua Umum Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) Habib Abdurrahman Assegaf berhati-hati menyampaikan pernyataan. Sebelumnya, Habib menyebut pelaku bom bunuh diri diduga Nur Said, alumnus Ponpes Al Mukmin Ngruki. ”Saya minta agar di kemudian hari Bapak Assegaf berhati-hati kalau keluarkan statemen,” kata Udi Mas’ud, adik kandung Nur Said. Dihubungi terpisah, Abdurrahman Assegaf mengaku menyebut nama Nur Said karena Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri memberi inisial N. Dalam data teroris yang dimilikinya, N adalah Nur Said.
Sementara itu, sebuah rumah kusam berlantai dua yang sarat sarang laba-laba di Jl Cililitan Kecil, Jakarta Timur mendadak jadi sorotan publik. Pasalnya, rumah tersebut pernah ditinggali Ibrahim yang kini misterius. Ibrahim dan keluarganya tinggal di rumah itu sekitar 20 tahun. Mereka baru pindah setelah terjadi banjir pada 2007. Di ruang lantai dua yang diperkirakan sebagai musala terdapat tulisan Arab di dua dinding. Selain tulisan bahasa Arab itu, yang cukup mengejutkan ada kaus warna putih bertuliskan”Ritz Carlton” yang digantung di bawah kalimat bahasa Arab itu. Sedang di bawah kaus itu, terdapat gambar gedung bertingkat yang dilengkapi dengan coret-coret tak jelas menggunakan pensil di dekat gedung bertingkat itu. Di lantai bawah terdapat gambar api yang siap melalap gedung tersebut. - Oleh : dtc/haa
.....................
Mertua Nur Said tak tidur tiga hari tiga malam
Hasil tes DNA negatif, syukur dipanjatkan…

Lega mas, tidak lagi ada kekhawatiran,” begitu ucap Gesang Bekti Prayogo, 18, adik kandung Dwi Prastiwi, 32, istri Nursaid —pria yang beberapa hari ini menghiasi media massa karena disebut-sebut sebagai orang yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri di dua hotel mewah Jakarta— kepada Espos, saat mengunjungi kediaman keluarga mertua Nur Said di RT 18/ RW VII Dukuh Tempel Desa Ngalas Kecamatan Klaten Selatan, Rabu (22/7).

Dalam beberapa hari terakhir, nama Desa Ngalas, tepatnya Dukuh Tempel, menjadi salah satu sorotan. Di tempat inilah, nama Nur Said sempat disebut-sebut, mengingat dia juga tercatat tinggal di wilayah Klaten. Nur Said, namanya menghiasi media cetak maupun elektronik beberapa hari lalu karena diduga sebagai pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Tetapi, dugaan tersebut, sejak Rabu (22/7) tengah hari, sirna menyusul jumpa pers yang digelar Mabes Polri terkait negatifnya hasil tes DNA dari orangtua Nur Said, atas sosok tubuh yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri itu.
Sebelumnya, saat kabar dugaan tersebut berembus, keluarga mertua Nur Said mendapatkan imbas beban psikis yang teramat berat. Bahkan, pascamencuatnya informasi mengenai dugaan Nursaid sebagai pelaku, nama Tempel sempat menjadi cibiran masyarakat. Ada yang mengait-ngaitkan nama tersebut sebagai pencetak pelaku teror.
Ibu mertua Nur Said, Siti Lestari, 57, saat mendengar kabar menantunya diduga terkait dengan aksi bom tersebut, sempat kaget. Bahkan, sejak beberapa hari lalu, dirinya tak bisa tidur memikirkan soal hal tersebut. “Sudah tiga hari tiga malam saya tidak bisa tidur nyenyak,” ucap Siti saat menerima kehadiran para kuli tinta di serambi rumahnya.
Begitu dia beranjak ke dalam rumah, Siti pun tak bisa menahan lega maupun bulir-bulir air mata, saat melihat informasi di televisi. Di ruang tengah, tepat di sela-sela peralatan jahit maupun kursi tamu, Siti, berkali-kali berujar syukur kepada Allah SWT atas kabar yang menyejukkan hati keluarganya itu. Bahkan, dia melakukan sujud syukur atas informasi tersebut.
Senyum, kali ini tersungging di bibirnya, berkali-kali pascainformasi tersebut. Pun dia sunggingkan lagi, saat para kuli tinta berpamitan. - Oleh : Heriyono Adi Anggoro

Sumber : Solopos Edisi 23 Juli 2009
http://www.solopos.co.id

Keluarga Noordin ditangkapi

Cilacap (Espos) Polisi menangkap keluarga gembong teroris Noordin M Top di Cilacap, Rabu (22/7). Mereka adalah isteri Noordin, Arina dan ibu mertuanya, Dwi Astuti.
Bersama dua perempuan itu, dibawa juga anak dari hasil pernikahan Arina dengan Noordin. Namun, dalam penjelasannya kepada Tim Pengacara Muslim (TPM), Arina membantah dirinya istri Noordin, sebab nama suaminya adalah Abdul Halim.
Penangkapan dilakukan pukul 10.30 WIB. Sekitar 20 polisi dikerahkan untuk melakukan penangkapan di Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Cilacap itu. ”Ya tadi pukul 10.30 WIB. Ada petugas kepolisian yang menjemput,” kata Kepala Kesbanglinmas Cilacap, Yayan Rustiawan.
Penangkapan ini menyusul penangkapan Saefudin Zuhri di Nusawungu, Cilacap oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror pada 21 Juni lalu, dan ditemukannya bom dan alat merakit bom pada 14 Juli lalu di belakang rumah Bahrudin Latif alias Baridin, yang tak lain adalah ayah Arina.
Densus masih memburu Baridin. Arina ditangkap di kediaman kakak Baridin, sekitar 200 meter dari rumah Baridin. Penangkapan disaksikan aparat desa dan Muspika. Di rumah Baridin inilah diduga Noordin selama ini tinggal dan menikah dengan Arina. Pernikahan antara Arina dan Noordin dilakukan sekitar dua tahun lalu. ”Mereka menikah siri. Yang menikahkan adalah Pak Baridin,” kata Kepala Desa Pasuruhan, Watim Suseno, sebagaimana dikutip dari tempointeraktif.com.
Watim mengatakan, menantu Baridin pernah dikenalkan sekali kepada warga. Hanya saja, kata dia, pada saat perkenalan Baridin tidak menjelaskan siapa menantunya tersebut. ”Waktu itu, Pak Baridin hanya menunjukkan kumpulan orang asing yang katanya dari Sulawesi,” imbuihnya.
Dari pernikahan itu, Arina mempunyai dua orang anak yang bernama Aula dan Daud. Baridin merupakan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al-Muaddib. Sedangkan Arina merupakan guru pengajar Bahasa Arab di pondok tersebut. Oleh para tetangganya, Baridin terkenal tertutup. Ia jarang ikut kondangan jika ada tetangganya yang punya hajat.
Pada bagian lain, anggota TPM Ahmad Kholik menyatakan, Arina sempat mendatangi TPM menyusul penggeledahan rumah Baridin beberapa waktu lalu. ”Dia kaget, syok waktu pulang ke rumah ternyata rumahnya sudah didatangi polisi dan barang-barangnya diambil,” kata Kholik.
Kepada TPM, Arina mengaku sangat takut dan tidak tahu harus berbuat apa. Namun dengan bantuan beberapa kerabatnya, Arina akhirnya menemui TPM di Jakarta. Sementara itu anggota TPM lainnya, Ahmad Michdan mengatakan, Arina dengan tegas mengatakan tidak mengetahui tentang Noordin M Top. Selama ini, suami dikenalnya dengan nama Abdul Halim. Menurut Michdan, suami Arina sering pergi berbulan-bulan. ”Dia nggak tahu Noordin M Top, makanya dia kaget pas dibilang kalau suaminya Noordin M Top,” kata Michdan. TPM hingga kini belum tahu di mana Arina berada.
Sementara itu perburuan sel Noordin terus dilakukan. Densus 88 menangkap jaringan teroris yang terkait dengan Dr Azahari, yakni Hendrawan, 50, warga Dusun Santrean RT 04/ RW I, Desa Sumberejo, Kecamatan Kota Batu, Malang, Jawa Timur. Ketua RT 04/RW I Desa Sumberejo, Sunardi menyatakan, Hendrawan ditangkap di Solo. Sunardi mengetahui penangkapan itu karena saudara iparnya, Hendra, menjadi sopir yang disewa Hendrawan untuk mengantarnya ke Solo.
Sementara Kapolwil Malang Kombes Pol Rusli Nasution menyatakan tidak tahu adanya penangkapan terhadap Hendrawan. Tingkah laku Hendrawan, pria yang ditangkap Densus 88, selama di luar kebiasaan warga setempat. Sehari-hari dia menggunakan bahasa Inggris. Lampu rumahnya tidak dinyalakan bila malam dan kaca jendela rumah ditutup dengan kertas. Dari Jakarta dilaporkan, Mabes Polri mengakui ada penangkapan Arina di Cilacap. ”Anggota kami memeriksa dan menahan beberapa orang di Jateng,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna.
Jaringan Noordin selama ini memang diduga masih aktif. Meskipun Dr Azahari, perakit bom handal kelompok Noordin sudah meregang nyawa. Tapi itu bukan berarti jaringan kelompok ini kehilangan perakit bom handal. Mereka masih memiliki sejumlah nama yang dikenal mahir merakit bahan peledak. Demikian diungkapkan pengamat terorisme, Sidney Jones. Saat ini, diketahui dua nama yang telah teridentifikasi polisi. Mereka yakni Reno alias Tedi dan Taufik Bulaga alias Upik Lawanga.

Penangkapan jaringan teroris di Cilacap

- 21 Juni - Densus 88 Antiteror menangkap Saefudin Zuhri di Nusawungu, Cilacap.
- 14 Juli - Densus 88 Antiteror menemukan dua bom siap ledak, bahan dan alat pembuat bom di belakang rumah Bahrudin Latif alias Baridin, warga Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Cilacap. Densus masih memburu Baridin.
- Pascapenggerebekan, sang anak, Arina, menghubungi Tim Pembela Pengacara Muslim (TPM).
- 22 Juli - Anak dan istri Baridin, Arina dan Dwi Astuti, serta anaknya dibawa 20 petugas kepolisian sekitar pukul 10.30 WIB disaksikan aparat desa dan Muspika. Hingga kini TPM tak mengetahui keberadaan Arina.

Arina diduga istri Noordin M Top?

- 2007, Baridin menikahkan Arina dengan seseorang yang diakui bernama Abdul Halim. Baridin sempat mengundang tetangga terkait pernikahan, namun tak menunjukkan mempelai laki-laki, dan hanya menunjukkan sekelompok orang asing yang disebut berasal dari Sulawesi.
- Pernikahan tak tercatat di arsip desa. Sang mempelai laki-laki tinggal sejak 2005 dan tak memiliki KTP Cilacap. Pernikahan menghasilkan dua anak, Aula dan Daud.
- Baridin merupakan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al Muaddib dan Arina adalah guru bahasa Arab di Ponpes setempat. Baridin dikenal tertutup. - Oleh : dtc/Ant

Selasa, Juli 21, 2009

Bom Jakarta 2009


Bom Jakarta 2009 adalah peristiwa ledakan bom di hotel Ritz-Carlton dan JW Mariott di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Indonesia. 2 buah bom meledak sekitar pukul 07:45 tanggal 17 Juli 2009. Bom pertama meledak pukul 07:45[2] di depan hotel JW Mariott menghancurkan bagian lobi hotel[3]. Bom kedua meledak pukul 07:47 menghancurkan lantai 2 dan 3 hotel Ritz-Carlton yang hanya berjarak sekitar 50 m dari hotel JW Mariott. Sumber awal menyebutkan 9 orang korban tewas dan 53 orang luka-luka.[1]

Hotel JW Mariott pernah menjadi target bom bunuh diri pada 5 Agustus 2003 yang memakan korban tewas 12 orang dan 150 orang luka-luka.

Hotel Ritz-Carlton diketahui menjadi tempat menginap dari tim Manchester United yang akan melakukan pertandingan dengan tim Indonesian All Star pada 20 Juli 2009, sedangkan Tim Indonesian All Star menginap di Hotel JW Marriot.[4].

Korban tewas:
Informasi awal menyebutkan 9 orang korban tewas di antaranya adalah:
* - 2 orang (seorang petugas keamanan[5]
* - 1 orang (Timothy MacKay - Presiden Direktur Holcim Indonesia)
* - 2 orang
* - 1 orang
* - 1 orang belum teridentifikasi

Reaksi:
* Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan "sangat prihatin dengan insiden ini".[6]
* Manajemen dari Manchester United langsung membatalkan turnya di Jakarta sebagai tindakan preventif demi keamanan.[7]. Pihak Manchester United sendiri menyatakan sangat menyesal karena batal hadir di Jakarta. [8]
------------------------------------------------------------------------------

Referensi :
1. ^ a b c http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/07/18/21572416/Inilah.Data.Korban.Bom.Marriott.dan.Ritz-Carlton
2. ^ http://www.detiknews.com/read/2009/07/17/114256/1166887/10/bom-meledak-di-marriott-panglima-tni-diminta-balik-ke-jakarta
3. ^ http://www.detiknews.com/read/2009/07/17/091941/1166747/10/ledakan-pertama-berasal-dari-jw-marriott
4. ^ Timnas Indonesia Lolos dari Ledakan Bom, detik.com
5. ^ http://www.detiknews.com/read/2009/07/17/092027/1166749/10/seorang-petugas-keamanan-hotel-jw-marriott-tewas
6. ^ "Bombs explode at Jakarta hotels", 'The Sydney Morning Herald', 2009-07-17. Diakses pada 2009-07-17.
7. ^ [1]
8. ^ [2]

Sabtu, Juli 18, 2009

Menuju Peresmian MTA Sambikerep, Surabaya

RENCANA PERESMIAN DI SAMBIKEREP, SURABAYA
Hari Senin, tanggal 20 Juli 2009 merupakan salah satu hari penting bagi saudara-saudari warga MTA di Sambikerep, Surabaya. InsyaAllah keberadaan Majlis MTA Sambikerep akan diresmikan, sekaligus pengajian akbar yang akan diikuti segenap warga MTA dan sekitarnya.

Demi mempererat dakwah dan menguatkan hati warga MTA di daerah tersebut. Direncanakan masing-masing cabang dan perwakilan juga melakukan Nafar menuju tempat peresmian. Sebuah perjalanan yang insyaAllah bernilai ibadah karena dilakukan dengan keikhlasan untuk mengagungkan kalimat Allah SWT.

Bagi yang sedang bersiap menju Sambikerep, Jawa Timur. Berikut ini dokumen peta perjalanan bisa di download

1. Menuju Lokasi Peresmian MTA

PDF : Peta dapat diklik disini
Peta Majlis MTA Sambikerep

2. Menuju Jembatan Suramadu

PDF : peta-suramadu dapat diklik disini
Peta Jembatan Suramadu

Nomor kontak yang bisa dihubungi (Kegiatan Peresmian)

* Pak Sugiyanto 081332814674 (Ketua Panitia)
* Pak Johan R 08123151007 (Koord. Satgas)
* Pak Sukatno 0818594185 (Korlap)
* Pak Sudjito 081330767474 (Satgas)
* Yusuf 085647033175 (Satgas)



Beberapa sunnah Nabi berkaitan dengan Sholat selama Nafar (Bepergian/ dalam perjalanan):
Berkenaan dengan akan diadakannya perjalanan ntuk pengajian akbar dalam rangka peresmian MTA Cabang Sambikerep Surabaya, maka pada waktu ini disampaikan kembali pelajaran tentang risalah safar atau Shalat yang dilaksanakan ketika kita sedang safar atau perjalanan.
Bahwa Allah telah memberikan rukhsoh atau kelonggaran tentang sholat yang dilakukan ketika sedang dalam perjalanan dan Allah sangat senang jika rukhsoh atau hadiah ini diambil, maka dari itu jika kita dalam perjalanan diperbolehkan untk melakukan sholat dengan mengqashar atau meringkas raka’at sholat, walaupun bukan dalam keadaan perang atau semacamnya. Hal itu riwayatkan dalam Hadits Rasul berikut :

Dari Ya‘la bin Umayyah, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Umar bin Khaththab (tentang firman Allah, yang artinya) “Maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalat, jika kamu khawatir diserang orang-orang kafir. [QS.An-Nisaa' : 101]“, sedang manusia sungguh sudah dalam keadaan aman. Kemudian ‘Umar menjawab, “Aku (juga) heran sebagaimana apa yang kamu herankan itu“. Lalu aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hal itu, maka beliau menjawab, “Itu adalah sedeqah yang diberikan Allah kepada kalian, maka terimalah sedeqah-Nya itu“. [HR. Jama'ah, kecuali Bukhari, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 227]
Namun demikian yang namanya rukhsoh atau kelonggaran atau keringanan ini bukan wajib, karena itu bagi yang mau mengambil dipersilahkan dan bagi yang tidak mau mengambil yang diperbolehkan.
Sedangkan mengenai jarak ata batas jarak orang dikatakan sebagai musafir dan berhak untuk mengqashar sholat adalah seperti dalam hadits berikut :

Dari Syu‘bah dari Yahya bin Yazid Al-Hanaiy, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Anas tentang mengqashar shalat, lalu ia menjawab, “Adalah Rasulullah SAW apabila bepergian sejauh tiga mil atau tiga farsakh, maka beliau shalat dua reka‘at“. (Syu‘bah ragu, tiga mil atau tiga farsakh). [HR. Ahmad, Muslim dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 233]

Selain kelonggaran dengan mengqashar sholat Allah juga memberikan rukhsoh berupa menjamak sholat atau menggabungkan dua waktu sholat dalam satu waktu, baik di waktu sholat yang awal ataupun di waktu sholat yang akhir.

Dari Anas, ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila bepergian sebelum matahari tergelincir, maka beliau mengakhirkan shalat Dhuhur sampai waktu ‘Ashar, kemudian beliau berhenti, lalu shalat menjama‘ antara dua shalat tersebut. Tetapi apabila matahari telah tergelincir sebelum beliau berangkat, maka beliau shalat Dhuhur (dahulu), kemudian naik (kendaraannya)“. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 241]

PATUT BERSYUKUR :
Adanya beberapa peresmian-peresmian cabang atau perwakilan MTA itu menunjukkan adanya karunia Allah yang sangat besar kepada kita, keberhasilan membangun gedung pengajian yang menelan biaya yang cukup besar dalam waktu yang sangat singkat itu juga merupakan Karunia Allah kepada kita. Karunia Allah yang lain adalah karena kita bisa hidup berjama'ah.

Itu semua tidak datang begitu saja kepada kita, tetapi lantaran Allah menurunkan Nur atau cahaya yaitu dengan diutusnya Rasul yang membawa kitab Al-qur’an kepada kita semua. Dengan Al-qur’an itulah Allah menunjuki manusia menuju jalan keselamatan, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang benderang dan menuntun manusia menuju ke jalan yang lurus. Seperti difirmankan Allah dalam Al-qur’an surat Al-Maidah ayat 16 berikut :
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [QS.5:16]

Pada hakekatnya manusia yang ditunjukkan menuju ke jalan keselamatan adalah dia akan mengalami perubahan dari yang semula bersikap atau berbuat yang menuju kepada kesesatan lalu akan bersikap menuju jalan keselamatan. Dengan Al-qur’an itulah jika diamalkan, maka orang akan berubah atau dengan ngaji orang tentunya juga akan berubah. Mungkin yang semula masih gemar melakukan kemaksiatan seperti mencuri, mabuk, berzina, judi bahkan sampai membunuh, maka dengan ngaji atau mengenal Al-qur’an, maka dia akan bisa berubah menjadi orang yang baik dan taat kepada Allah.

Ada beberapa contoh yang dialami warga pada suatu cabang yang semula soerang bandar judi kelas kakap setelah belajar dan mengenal Al-qur’an akhirnya bisa berubah menjadi orang baik dan akhirnya aktif ngaji di MTA. Contoh lain adalah ada orang yang sudah membunuh ratusan orang setelah mendengar Al-qur’an disampaikan akhirnya bisa berubah menjadi orang yang baik dan sekarang sudah aktif ngaji pada salah satu cabang di MTA.
Semua itu menunjukkan bahwa dengan diturunkannya Al-qur’an kepada manusia ini akan menunjuki manusia menuju jalan keselamatan atau jalan yang lurus.
Selamat atas peresmian MTA Sambikerep, semoga lancar dan bisa berjuang bersama-sama !

Kamis, Juli 16, 2009

TIDAK ADA BID'AH HASANAH DALAM IBADAH

TIDAK ADA BID'AH HASANAH
Jumat, 06 Maret 09
Oleh: Drs. Hartono Ahmad Jaiz

KHUTBAH PERTAMA:



إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
.


Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Tidaklah samar bagi seorang Muslim yang istiqamah dalam membela Agama Allah, bahwa di antara pokok dakwah Rasulullah a yang paling mendasar setelah menyerukan Tauhid dan memerangi syirik, adalah seruan berpegang pada Sunnah dan memera-ngi bid'ah. Syirik merusak Tauhid, dan bid'ah merusak Sunnah. Ini diisyaratkan dengan sangat jelas dalam sejumlah hadits Rasulullah a, yang di antaranya adalah apa yang biasa diucapkan beliau da-lam mukadimah khutbah beliau,

وَشَرُّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
.
"Perkara yang paling buruk adalah ajaran-ajaran baru (dalam Agama) yang dibuat-buat, setiap ajaran baru yang dibuat-buat adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan adalah di neraka." (Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa`i dan Ibnu Majah).
Sabda beliau ini juga sangat tegas mengatakan bahwa setiap (atau, semua) bid'ah adalah kesesatan dan semua kesesatan adalah di dalam neraka.
Sabda beliau ini begitu jelas, seperti matahari, tapi mengapa bid'ah tersebar luas di tengah kaum Muslimin? Di antara penyebabnya adalah keyakinan banyak orang bahwa bid'ah itu ada dua macam: Bid'ah sayyi`ah (bid'ah yang buruk) dan bid'ah hasanah (bid'ah yang baik).
Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Berikut ini adalah beberapa kaidah yang dijelaskan secara ringkas, bahwa tidak ada bid'ah hasanah dalam Islam; semua bid'ah adalah sesat.
Pertama: Di antara pokok Agama yang diyakini oleh setiap Muslim, bahkan tidaklah benar iman seseorang jika tidak meyakininya, adalah bahwasanya Islam telah disempurnakan oleh Allah, sehingga orang yang menganutnya hanya punya peluang mengamalkan dan melaksanakan; yang kita kenal dengan prinsip: سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا (kami dengar dan kami taati), dan tidak ada lagi alasan untuk mengatakan, ada bid'ah hasanah, setelah Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Semua bid'ah adalah kesesatan."
Ini adalah pokok yang tegak di atas dalil-dalil yang terang, dan didukung oleh para ulama salaf. Perhatikan Firman Allah Ta’ala,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu." (Al-Ma`idah: 3).
Ayat yang agung ini menunjukkan bahwa Syariat Islam telah sempurna, dan apa yang ada di dalamnya sudah cukup bagi ke-butuhan manusia untuk menjalankan tugas pokok mereka dicip-takan, yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu." (Adz-Dzariyat: 56).
Imam Ibnu Katsir berkata mengenai ayat 3 surat al-Ma`idah ini di dalam Tafsir beliau,
"Ini adalah nikmat Allah yang paling besar bagi umat ini, dimana Allah telah menyempurnakan bagi mereka agama mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan agama yang lain selain agama Islam, tidak membutuhkan nabi lain selain nabi mereka Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan inilah sebabnya Allah menjadikan beliau sebagai penutup pada nabi, yang Allah utus kepada bangsa manusia dan jin; maka tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang beliau haramkan, dan tidak ada agama kecuali yang beliau syariatkan."
Karena itu, maka bid'ah apa saja yang dibuat-buat, lalu dinisbahkan kepada Islam, maka itu adalah penambahan atas Syariat, kelancangan yang keji, dan menganggap bahwa Agama ini masih kurang sehingga perlu ditambah.
Inilah yang difahami oleh sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan imam-iman kaum Muslimin. Sebagai contoh, terdapat riwayat shahih dari sahabat Ibnu Mas'ud Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau pernah berkata,

اِتَّبِعُوْا وَلَا تَبْتَدِعُوْا فَقَدْ كُفِيْتُمْ.

"Ikutilah (Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam) dan jangan membuat-buat bid'ah, karena sungguh kalian telah dicukupkan (dengan Agama yang sempurna)." (Diriwayatkan oleh ad-Darimi, dan al-Haitsami berkata dalam Majma' az-Zawa`id, "Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan para rawinya adalah rawi-rawi shahih").
Ringkasnya, orang yang menganggap bid'ah itu ada yang baik, maka konsekuensi logisnya adalah bahwa syariat Agama ini belumlah sempurna. Maka Firman Allah tadi, الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu," menjadi tidak ada artinya baginya. Disadari atau tidak, orang yang berpandangan bahwa bid'ah itu ada yang baik, maka dia -dengan ucapan maupun sikap- telah mengatakan bahwa ajaran Islam itu belum sempurna. Dan orang yang beranggapan bahwa syariat Agama ini belum sempurna, maka dia adalah seorang yang sesat dan jauh dari kebenaran.
Imam asy-Syaukani Rahimahullah ketika membantah sejumlah pandangan ahli bid'ah, berkata, "Apabila Allah telah menyempurnakan AgamaNya sebelum Dia mewafatkan NabiNya Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka apa artinya bid'ah yang dibuat-buat oleh orang-orang yang menganutnya setelah Allah menyempurnakan AgamaNya? Bila dalam keyakinan mereka, bid'ah (yang mereka buat-buat itu) adalah bagian dari Agama, maka Agama ini belum sempurna berdasarkan pandangan mereka tersebut. Dan dalam pandangan ini terkandung penolakan terhadap al-Qur`an. Bila bid'ah tersebut bukan bagian dari Agama, maka apa faidahnya menyibukkan diri dengan ajaran yang bukan dari Agama?"
Apa yang dikatakan asy-Syaukani ini adalah argumen yang tepat dan hebat, yang tak akan bisa dibantah oleh mereka yang mendewakan dan menjadikan akal sebagai tolak ukur. Maka surat al-Ma`idah ayat 3 ini adalah bantahan pertama bagi setiap orang yang mengatakan, bid'ah itu ada yang baik.
Jama'ah Jum'at yang Disayang Allah
Kedua: Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memikul kewajiban menyampaikan risalah Islam secara total, tidak boleh kurang. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

"Dan kami turunkan kepadamu al-Qur`an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka." (An-Nahl: 44).
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah melaksanakan kewajiban itu dengan sebenar-benarnya, karena kalau tidak, maka itu artinya beliau belum menyampaikan risalah sebagaimana semestinya. Dan ini tidak mungkin, dari segi akal maupun syariat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah diwafatkan Allah dengan berpayung ridha Allah, kecuali karena Agama ini telah beliau sampaikan dengan sempurna, tidak ada lagi yang masih kurang.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengisyaratkan tugas penting ini dalam sabda beliau,

إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِيْ إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ.

"Sesungguhnya tidaklah seorang nabi (diutus) sebelumku, kecuali dia memikul tanggungjawab untuk menunjukkan umatnya segala kebaikan yang diketahuinya, dan memperingatkan mereka dari keburukan yang diketahuinya." (Diriwayatkan oleh Muslim).
Dalam hadits lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا بَقِيَ شَيْءٌ يٌقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلَّا وَقَدْ بُيِّنَ لَكُمْ.

"Tidak ada sesuatu pun yang tersisa yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka, kecuali benar-benar telah dijelaskan bagi kalian." (Diriwayatkan ath-Thabrani, dan disha-hihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah no. 1803).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِيْ إِلَّا هَالِكٌ.

"Sungguh aku telah meninggalkan kalian di atas (Agama dan hujjah) yang terang, malamnya bagaikan siangnya, tidak ada yang berpaling darinya setelah sepeninggalku kecuali orang yang binasa." (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Albani da-lam Shahih Sunan Ibnu Majah).
Dan terdapat riwayat shahih dari ummul Mukminin, Aisyah Radhiyallahu ‘anha, bahwasanya beliau berkata, "Barangsiapa yang mengatakan kepada Anda, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyembunyikan sesuatu dari wahyu, maka janganlah percaya kepadanya, karena Allah Ta’ala berfirman,

َيَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ


"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. dan jika tidak kamu laksanakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan (amanat) risalahNya'.(Al-Ma`idah: 67)." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).
Inilah sebabnya Imam Malik bin Anas Rahimahullah pernah berkata,"Barangsiapa yang membuat-buat suatu bid'ah, lalu menganggapnya baik, maka dia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam telah berkhianat (dengan menyembunyikan sebagian wahyu). Karena Allah telah berfirman,
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu", maka apa yang pada hari (diturunkannya ayat) ini bukan ajaran Agama, hari ini tidak menjadi ajaran Agama." (Lihat al-I'tisham, oleh asy-Syathibi, 1/49).
Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Ketiga: Menetapkan syariat adalah hak khusus Allah, Penguasa alam semesta. Manusia sama sekali tidak punya hak untuk ikut membuat ajaran-ajaran syariat. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaih wasallam sendiri hanya menetapkan apa yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala, dan ini adalah masalah yang jelas. Kalau seandainya Syariat Agama ditetapkan berdasarkan daya nalar dan jangkauan akal manusia, niscaya diutusnya para Rasul oleh Allah menjadi sesuatu yang tidak bermakna, karena manusia toh bisa menetapkan syariat sendiri.
Perhatikan ketika Allah Ta’ala berfirman,

اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُونَ

"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya." (Al-A'raf: 3)
Al-Allamah as-Sa'di berkata dalam Tafsir beliau, "…dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya", maksudnya, jangan kalian pilih mereka dan jangan ikuti keinginan hawa nafsu mereka.
Orang yang lancang membuat-buat ajaran baru, sesungguhnya dia telah menempatkan dirinya sederajat dan sebagai tandingan bagi Allah Ta’ala, dan ini adalah kezhaliman yang amat berbahaya.
Camkan baik-baik Firman Allah Ta’ala,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu selain Allah yang men-syariatkan untuk mereka ajaran agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih." (Asy-Syura: 21).
Ditambah lagi, bahwa ini artinya dia telah membuka pintu perselisihan yang tak ada habis-habisnya bagi masyarakat Muslim, karena setiap orang merasa berhak membuat ajaran dan satu sama lain tidak mungkin melahirkan ajaran yang sama.
Perhatikan Firman Allah Ta’ala,

وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (Al-An'am: 153).
Imam Mujahid Rahimahullah, salah seorang ulama tabi'in berkata, " وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ (… dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)", maksudnya adalah, bid'ah-bid'ah dan syubhat-syubhat."
Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Kesimpulan dari poin yang ketiga ini: Agama ini adalah agama Allah. Hanya Allah yang berhak menetapkan syariat; artinya, ajaran agama dan jalan yang lurus hanyalah yang telah digariskan Allah. Rasulullah sendiri hanya menetapkan syariat berdasarkan kehendak Allah. Patut kita simak baik-baik apa yang dikata-kan oleh Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitab beliau I'lam al-Muwaqqi'in 1/344, "Telah diketahui semua bahwa tidak ada yang haram kecuali yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak ada perbuatan yang dianggap berdosa kecuali yang dinyatakan berdosa oleh Allah dan RasulNya bagi pelakunya. Sebagaimana tidak ada yang wajib kecuali yang diwajibkan Allah dan RasulNya dan tidak ada agama kecuali yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Maka prinsip dasar dalam segala ibadah adalah, "batil, sampai ada dalil yang mendasarinya, …"
Dan sebelum beliau, guru beliau Syaikhul Islam berkata dalam Majmu' al-Fatawa 31/35, "Masalah ibadah, ajaran agama, dan sarana mendekatkan diri kepada Allah, hanya diambil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka tidak ada hak bagi seorang pun (siapa pun dia) untuk membuat suatu bentuk ibadah atau cara mendekatkan diri kepada Allah, kecuali dengan dalil syar'i."
Keempat: Bid'ah sudah pasti hanya mengikuti hawa nafsu; karena akal manusia, apabila tidak mengikuti syariat, tidak ada kemungkinan lain kecuali mengikuti hawa nafsu. Dan kita semua insya` Allah tahu bahwa mengikuti hawa nafsu adalah kesesatan yang nyata. Barangkali di antara kita ada yang keberatan dengan poin yang satu ini. Untuk itu mari kita camkan baik-baik Firman Allah Ta’ala kepada Nabi Dawud Alaihis salam,

وَانطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَى آلِهَتِكُمْ إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ

"Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan hukum di antara manusia dengan kebenaran (adil) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (Shad: 26).
Perhatikanlah bagaimana Allah hanya menyebutkan dua keputusan hukum, yaitu kebenaran dan hawa nafsu.
Dalam surat al-Qashash ayat 50 Allah Ta’ala berfirman,

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat hidayah dari Allah sedikit pun? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim."
Dalam ayat ini Allah juga hanya menyebutkan dua jalan, yaitu hidayah dan hawa nafsu. Begitu pula surat al-Jatsiyah: 18,

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاء الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

"Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peratur-an) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan jangan-lah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui."
Di sini Allah juga hanya menyebutkan dua pilihan untuk diikuti, yaitu syariat Agama dan hawa nafsu.
Jika demikian, maka jika akal manusia tidak mengikuti syariat yang ditetapkan Allah dan RasulNya, maka dia pasti mengikuti hawa nafsu; hawa nafsu dirinya atau hawa nafsu orang lain. Itulah sebabnya, hanya ada tauhid atau syirik, sunnah atau bid'ah. Semua syirik adalah rusak dan semua bid'ah juga rusak.
Kelima: Semua dalil-dalil yang shahih mencela bid'ah secara mutlak, tanpa kecuali, dan tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan atau paling tidak mengisyaratkan bahwa bid'ah itu ada yang sayyi`ah (buruk) dan hasanah (baik).
Ingat kembali sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah kita sebut di awal khutbah tadi,

وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.

"Perkara yang paling buruk adalah ajaran-ajaran baru (dalam Agama) yang dibuat-buat, setiap ajaran baru yang dibuat-buat adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan adalah di neraka."
Dalam wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang terkenal diriwayatkan oleh al-Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, dan di akhir wasiat agung tersebut Rasul mengingatkan,

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

"Dan jauhilah ajaran-ajaran baru yang dibuat-buat, karena semua ajaran baru yang dibuat-buat adalah bid'ah, dan semua bid'ah adalah kesesatan." (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Dan dishahihkan oleh al-Albani 5).
Kedua hadits ini -dan tentu saja masih banyak hadits-hadits yang lain- sama sekali tidak menyebutkan adanya bid'ah hasanah, setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan secara mutlak bahwa semua bid'ah itu sesat. Dan inilah yang dipahami oleh para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan di antara mereka adalah sahabat yang mulia Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, yang dikenal sebagai salah seorang di antara sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling teguh mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Umar berkata,

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً.
"Setiap bid'ah itu adalah kesesatan sekalipun orang melihatnya sebagai suatu yang baik."

.
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ




Khutbah yang kedua



إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا


Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah

Lima kaidah ini saya kira sudah lebih dari cukup untuk menyimpulkan, bahwa tidak ada bid'ah hasanah dalam Islam.

Cobalah kita simak kembali dengan seksama sabda agung Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam,


مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.


"Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal (ibadah) yang tidak didasari oleh Agama kami maka amal tersebut tertolak."

Bahkan dalam lafazh lain mengatakan,


مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَـذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.


"Barangsiapa yang membuat-buat ajaran baru dalam Agama kami ini yang bukan darinya, maka ajaran tersebut tertolak." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).

Jama'ah yang Dirahmati Allah
Kita memohon kepada Allah agar berkenan menjadikan kita sebagai orang ikhlas dalam beribadah kepadaNya dan menjadikan kita orang-orang yang teguh mengikuti Sunnah RasulNya Shallallahu ‘alaihi wasallam.


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.


Dikutib dari Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-2, Darul Haq Jakarta.

MENGINGAT KEMATIAN

MENGINGAT MATI


Oleh: Marhadi Muhayar, Lc., M.A.


الحمد لله العزيز الغفور، الذي جعل في الإسلامِ الحنيفِ الهُدَي والنور، الذي قال ] وما الحياةُ الدنيا إلا مَتَاعُ الغرور[ ، نحمده سبحانه وتعالي حَمْدَ مَنْ نَظَرَ فَاعْتَبَر، وَكَفَّ عن المساويءِ وازْدَجَر، وعَلِمَ أن الدُّنيا ليست بدار مَقَرّ، وأشهد أن لا إله الله خلق الخلائق وأحكامَها، وقدّر الأعمار وحدّدها، وهو باقٍ لا يفوت وهو حيّ لا يموت، وأشهد أن محمدا عبدُه ورسولُه، أَمَرَ بتذكير الموتِ والفناء، والاستعدادِ ليوم البَعْث والجزاء.
اللهم صلي الله علي سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلي آله الطيبين وأصحابه الأخيار أجمعين. أما بعد.
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan oleh Allah Swt....
Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkanlah saya berwasiat, baik bagi diri saya sendiri, maupun bagi hadirin sekalian, untuk selalu dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan diri kita kepada Allah Swt. Karena hanya dengan landasan keimanan dan ketakwaan sajalah, kita akan dapat selamat, baik di dunia, maupun di akhirat.

Dalam khutbah Jum’at kali ini, saya tidak akan membawakan tema baru. Justeru saya ingin sedikit mengendapkan maklumat-maklumat hadirin sekalian yang terdahulu, dan saatnya sekarang untuk sedikit merenungi dan mengingat-ngingat kembali, maksud dan tujuan dari khutbah Jumat yang amat banyak tersebut. Karenanya, berdirinya saya di sini, hanya untuk kembali mengulang dan mengulang, hanya untuk kembali mengingatkan kita semuanya, baik bagi diri saya maupun bagi hadirin sekalian yang dimuliakan oleh Allah Swt. Seiring dengan firman Allah:
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ( الذاريات: 55)
“Ingatkanlah olehmu, sesungguhnya peringatan itu sangat bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”. (Adzdzaariyaat: 55).”

Maka berlandaskan firman tadi, pada kesempatan yang berbahagia ini, saya kembali mengajak hadirin sekalian untuk merenungi maksud dan tujuan hidup ini, melalui sebuah sarana, yang barangkali dapat mengimbangi gerak langkah hidup kita di dalam mengarungi hiruk-pikuknya bahtera dunia ini, mudah-mudahan dapat sedikit memotifasi diri kita semua di dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt, yaitu melalui sarana “mengingat mati”.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah Swt....
Hidup hanyalah tempat persinggahan sementara. Adapun kematian, sesungguhnya merupakan awal kehidupan manusia yang kekal dan abadi. Nabi Saw bersabda:

مَا مَثَلِي وَمَثَلُ الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ سَارَ فِي يَوْمٍ صَائِفٍ فَاسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا (رواه إبن ماجه وأحمد).
“Aku dan dunia bagaikan seseorang yang tengah mengadakan perjalanan di suatu hari yang panas, lalu berteduh sejenak di bawah rindangnya sebuah pohon, lantas pergi meninggalkan pohon itu untuk melanjutkan kembali perjalanan panjang”. (HR. Ibnu Mâjah dan Ahmad).

Allahpun berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ(32)
“Kehidupan di dunia ini bagaikan permainan dan senda gurau belaka. Sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Al-Anâm [6]: 32)

Begitu jelas makna hadis dan ayat tadi. Logikanya, kalau kehidupan ini bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya persinggahan sementara untuk sebuah perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, maka bekal apakah yang seharusnya kita siapkan untuk sebuah perjalanan yamg maha panjang tersebut? Di antara hal yang dapat memotivasi diri kita untuk mempersiapkan bekal tersebut dengan sebaik-baiknya adalah memperbanyak mengingat mati.

Nabi Saw bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ (رواه الترميذي وابن ماجه).
"Perbanyakkanlah mengingati mati, niscaya kalian akan dapat menyepelekan kelezatan dunia”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Kalaulah kita bersedia untuk selalu mengejar harta, pangkat dan jabatan yang hanya sementara, bahkan belum tentu semua itu dapat kita rasakan, mengapa kita tidak bersedia untuk mempersiapkan diri kita kepada hal yang sudah pasti akan kita rasakan. Bukankah kenyataan hidup selama ini mengatakan, bahwa umur manusia ada akhirnya ? Bukankah Allah Swt sudah jelas-jelas berfirman:
كل نفس ذائقة الموت. (آل عمران: 185)
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati”. (Ali Imran: 185) Tidak ada yang bisa menahan dan menghalanginya.
فإذا جاء أجلهم لا يستاخرون ساعة ولا يستقدمون. (النحل: 61)
“Jika telah datang ajalnya, maka tidak dapat diakhirkan atau dimajukan, walaupun hanya sesaat”. (An-Nahl: 61).

Suatu hari nabiyullah Yakub As berjumpa dengan malaikat pencabut nyawa, Izrail As. Beliau menginginkan di saat ajalnya sudah mendekat, agar diberitahu terlebih dahulu sebelumnya, sehingga menjadi lebih siap di dalam menghadapi sakaratul maut yang akan dia hadapi. Oleh karenanya, Nabiyullah Ya’kub meminta malaikat pencabut nyawa, untuk mengirimkan utusannya terlebih dahulu sebelum dicabut nyawanya.
Suatuk ketika, di saat malaikat maut datang menjemput Nabi Yakub As untuk mencabut nyawanya, beliau bertanya, "Bukankah dulu pernah aku bilang kepadamu untuk dikirimkan utusan terlebih dahulu sebelum engkau mencabut nyawaku?" Malaikat maut menjawab, "Demi Allah, telah banyak utusanku datang memberi peringatan kepadamu wahai nabiyallah”, Dengan agak heran nabi Yakub berkata, "Aku tidak pernah tahu dan tidak pernah mengenalnya?" Malaikat maut pun menjawab, "Bukankah telah datang utusanku berupa sakit, uban, pendengaran berkurang dan penglihatan yang mulai kabur?"

Abu Dzar meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, "Berziarah kuburlah kalian, karena dia dapat mengingatkan kamu kepada akhirat. Mandikanlah orang mati karena mengurus orang mati dapat menjadi peringatan yang cukup mendalam bagimu. Shalatkanlah jenazah karena ia dapat menyedihkan hati kamu. Sedangkan orang yang bersedih karena Allah Swt, berarti dia bersedia untuk melaksanakan amal kebajikan.

Sakitnya Sakaratul Maut
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Swt...
Mengenai sakitnya sakaratul maut, ada sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ikrimah dari Ibnu Abbas Ra: Suatu ketika, pernah Nabi Ibrahim As berdialog dengan Malaikat Maut tentang sakaratulmaut. Khalilullah ini bertanya, “Dapatkah engkau memperlihatkan rupamu kepadaku saat engkau mencabut nyawa manusia yang gemar berbuat dosa?” Malaikat menjawab pendek: “Engkau tidak akan sanggup.”“Aku pasti sanggup,” tegas nabi Ibrahim. “Baiklah, berpalinglah dariku,” pinta si Malaikat.

Saat Nabi Ibrahim as berpaling kembali, di hadapannya telah berdiri sesosok makhluk berkulit legam dengan rambut berduri, berbau teramat busuk, dan berpakaian serba hitam. Dari hidung dan mulutnya tersembur jilatan api. Seketika itu pula Nabi Ibrahim as jatuh pingsan! Ketika tersadar kembali, beliau pun berkata kepada Malaikat Maut, “Wahai Malaikat Maut, seandainya para pendosa itu hanya diperlihatkan keburukan rupamu saja di saat kematiannya, niscaya itu sudahlah cukup sebagai hukuman atasnya.”

Dari beberapa riwayat, selain nabi Ibrahim As, nabi Idris, dan Daud , Nabi Isa as juga pernah dihadapkan pada fenomena penampakan Malaikat Maut. Kesimpulan dari semua itu, bahwa sakaratulmaut belum seberapa bila dibandingkan dengan sakaratulmaut itu sendiri. Sakaratulmaut adalah sebuah ungkapan untuk menggambarkan rasa sakit yang menyerang inti jiwa manusia dan menjalar ke seluruh bagian tubuh, sehingga tak satu pun bagian badan yang terbebas dari rasa sakit itu. Malapetaka paling dahsyat di kehidupan paripurna manusia ini, memberi rasa sakit yang berbeda-beda pada setiap orang, tergantung amal dan ibadahnya.

Untuk menggambarkan rasa itu, pernah Rasulullah S.A.W berkata: “Kematian yang paling mudah adalah serupa dengan sebatang duri yang menancap di selembar kain sutera. Lantas Nabi bertanya, apakah duri itu dapat terambil begitu saja tanpa membawa bagian sutera yang koyak?”

Pada kesempatan lain Nabi Saw bersabda: “Sakitnya sama dengan tiga ratus tusukan pedang.”
Diriwayatkan, ketika ruh Nabi Ibrahim as akan dicabut, Allah SWT bertanya kepada Ibrahim: “Bagaimana engkau merasakan kematian wahai khalilullah (khalilullah berarti sahabat Allah)?“ Beliau menjawab, “Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke dalam gumpalan bulu basah yang kemudian ditarik.”“Yang seperti itulah, sudah Kami ringankan atas dirimu,” kata Allah Swt.

Rasulullah S.A.W sendiri menjelang akhir hayatnya berucap: “Ya Allah ringankanlah aku dari sakitnya sakaratulmaut” berulang hingga tiga kali. Padahal telah ada jaminan dari Allah SWT bahwa beliau akan masuk surga. Mari kita bandingkan tingkat keimanan dan keshalehan beliau dengan diri kita, yang hanya manusia biasa ini.

Proses Sakaratul Maut
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah....
Bagaimanakah sebenarnya proses sakaratul maut itu telah berlaku pada manusia? Dalam hal ini baginda Rasullullah Saw telah memberitahukan kita: Apabila telah sampai ajal seseorang, maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil di dalam badannya, lalu mereka menarik rohnya melalui kedua telapak kakinya hingga sampai kelutut. Setelah itu datang sekumpulan malaikat yang lain, masuk untuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut, kemudian mereka pun keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada, setelah itu mereka pun keluar.

Dan akhir sekali, datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong, itulah yang dinamakan dengan saat nazak orang tersebut.

Rasullullah S.A.W. melanjutkan: "Jika orang yang nazak itu orang beriman, maka malaikat Jibrail A.S. akan menebarkan sayapnya yang kanannya sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Di saat orang yang beriman itu melihat syurga, dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya, akibat kerinduannya yang teramat sangat kepada syurga, dia melihat terus apa yang dilihatnya pada sayap Jibrail As." Adapun, jika orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail As. akan menebarkan sayap kirinya. Maka orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang disekelilinginya, akibat terlalu takutnya dia melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya kelak.

Ketika ruh manusia telah keluar dari jasadnya, berarti dia telah memasuki alam baru, bukan alam dunia lagi melainkan alam Barzah, alam pemisah antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, menunggu hari perhitungan.
Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ (رواه النرمدي وابن ماجه واحمد).
"Kuburan adalah awal kehidupan akhirat. Jika seseorang selamat daripadanya, maka kehidupan setelahnya menjadi lebih mudah. Namun, jika ia tidak selamat daripadanya, maka kehidupan setelahnya lebih mengerikan.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah suatu hari menasehati para sahabatnya, beliau berkata: Jika kalian melewati kuburan, lihatlah... betapa sempitnya rumah-rumah mereka sekarang.
-Tanyakan kepada orang-orang kaya mereka, masih tersisakah harta mereka?
-Tanyakan pula kepada orang-orang miskin di antara mereka, masih tersisakah kemiskinan mereka?
-Tanyakan tentang lisan yang dengannya mereka berbicara, sepasang mata yang dengannya mereka melihat indahnya pemandangan?.
-Tanyakan pula tentang kulit-kulit nan lembut dan wajah-wajah cantik jelita, tubuh-tubuh yang halus-mulus, apa yang diperbuat oleh ulat-ulat di balik kain kafan mereka? Lisan-lisan itu telah hancur, wajah-wajah cantik jelita itu telah dimakan ulat, anggota badan mereka telah terpisah-pisah berserakan.
-Lalu di mana pelayan-pelayan mereka yang setia?
-Di mana tumpukan harta dan sederetan pangkat mereka?
-Di mana rumah-rumah gedong mereka yang banyak dan menjulang tinggi?
-Di mana kebun-kebun mereka yang rindang dan subur?
-Di mana pakaian-pakaian mereka yang indah dan mahal?
-Di mana kendaraan-kendaraan mewah kesukaan mereka?
-Bukankah mereka kini berada di tempat yang sangat sunyi?
-Bukankah siang dan malam bagi mereka sama saja?
-Bukankah mereka berada dalam kegelapan?
-Mereka telah terputus dengan amal mereka. Mereka telah berpisah dengan orang-orang yang sangat mereka cintai, dengan harta yang mereka puja-puja, dengan gaya hidup yang mereka banggakan. Orang-orang yang mereka cintai tidak mau ikut bersamanya, harta yang mereka tinggalkan malah akan menjadi beban jika digunakan bukan di jalan yang Allah ridhai. Ketika itu, yang masih bermanfaat hanyalah tiga: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anaknya yang shaleh yang mendo’akan dirinya.” Demikianlah nasehat dari Umar bin Abdul Aziz.

Muhammad bin Shabih berkata, “telah sampai berita kepada kami, bahwa manakala seseorang telah diletakkan di kuburannya, lalu disiksa atau mendapatkan sesuatu yang dibenci, tetangga kuburnya dari orang-orang yang telah meninggal sebelumnya berkata kepadanya, 'Wahai pendatang baru, tidakkah engkau mengambil pelajaran dari kami? Tidakkah engkau merenungkan kematian kami yang mendahuluimu? Bukankah engkau mengetahui bahwa amal kami telah terputus, sementara engkau masih diberi waktu? Mengapa tidak engkau kejar apa yang tidak diperoleh oleh saudara-saudaramu ini?

Relevan dengan firman Allah Swt:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ. لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ. (المؤمنون: 99-100)
"hingga datanglah kematian kepada salah seorang dari mereka, dia berkata: ya tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal shaleh dari apa yang telah aku tinggalkan (dahulu). Sekali-kali tidak. Itu hanyalah omongan belaka (yang tidak bermanfaat) dan di hadapan mereka ada dinding pembatas sampai hari mereka dibangkitkan." (Al-Mu'minun: 99-100).

Sebab Siksa Kubur
Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah....
Disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziah rahimahullah ta’ala, bahwa siksa kubur itu ditimpakan karena berbagai macam dosa dan maksiat, di antaranya adalah:
1. Adu domba dan menggunjing.
2. Tidak bersuci (cebok) setelah buang air kecil.
3. Shalat dalam keadaan tidak suci (kotor).
4. Berdusta.
5. Lalai dan malas dalam mengerjakan shalat.
6. Tidak mengeluarkan zakat.
7. Berzina.
8. Mencuri.
9. Berkhianat.
10. Menfitnah sesama umat Islam.
11. Makan riba.
12. Tidak menolong orang yang dizhalimi.
13. Minum khamar (kalau jaman sekarang seperti: minum sempain, ngeplay, ngegele, sabu-sabu, ekstasy dan sejenisnya).
14. Memanjangkan kain hingga di bawah mata kaki (menyombongkan diri).
15. Membunuh.
16. Mencaci sahabat Nabi.
17. Mati dalam keadaan membawa bid'ah.

Yang Menyebabkan Selamat dari Siksa Kubur
Adapun kiat agar kita tidak terkena siksa kubur, Imam Ibnu Qayyim memberitahukan sebagai berikut: sebab-sebab kita di seselamatkan dari siksa kubur adalah dengan menjauhkan berbagai macam maksiat dan dosa. Untuk itu, Ibnu Qayyim menganjurkan, hendaknya setiap muslim melakukan perhitungan atas dirinya setiap hari, tentang apa saja dosa dan kebaikan yang telah dilakukannya pada hari itu. Setelah itu, ia memperbaharui taubatnya kepada Allah setiap hari, terlebih di saat ia hendak tidur malam. Jika ia meninggal dunia pada malam itu, maka ia meninggal dalam keadaan telah bertaubat. Jika ia bangun dari tidurnya, ia bersyukur karena ajalnya masih ditangguhkan. Dengan demikian, ia masih diberi kesempatan beribadah kepada Rabbnya dan mengejar amal yang belum dilakukannya. Imam Ibnu Qayyim menambahkan, “sebelum tidur, hendaknya pula dia berada dalam keadaan berwudhu, senantiasa mengingat Allah dan mengucapkan dzikir-dzikir yang disunnahkan Nabi saw sampai ia tidur atau tertidur. Jika seseorang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya dia akan diberi kekuatan untuk melakukannya.

Kemudian Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa ketaatan yang bisa menyelamatkan kita dari siksa kubur, di antaranya adalah:
Yang pertama, Rajin beribadah dan taat kepada Allah Swt dengan ikhlas.
2. Mati syahid di jalan-Nya.
3. Membaca surat Al-Mulk.
4. Meninggal karena sakit, dan terakhir:
5. Meninggal dunia pada hari Jum'at.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لي ولكم وللمسلمين، فَاسْتَغْفِرُوْهُ،،، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH JUMAT BAGIAN II


اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الأزْمَانِ وَالآنَاءِ، فَلا ابْتِدَاءَ لوجوده ولا انتهاءَ، يستوي بعلمه السرُّ والخفاءُ، القائلِ: (وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا). أشهد أن لا الع إلا الله الكبير المُتَعَالِ، المُنَزَّهُ عن الشبيه والمِثال، الذي يسبِّح بحمده كلُّ شيء في الغُدُوِّ والآصال. وأشهد أن محمدا عبده رسوله الذي حذّرنا من دار الفتون، المُنْزَلُ عليه (إنك ميّتٌ وإنهم ميتون). اللهم صلي الله علي سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلي آله الطيبين وأصحابه الأخيار أجمعين. أما بعد.

Mati Tidak Perlu Ditakuti Melainkan Sebagai Motifasi Hidup
Hadirin... sidang jumat yang dimuliakan oleh Allah Swt....
Betapa pun sakitnya sakaratul maut. Kematian, semestinya tidak menjadi sesuatu yang perlu ditakuti, tapi sebaliknya harus senantiasa dirindukan. Jika sesuatu itu begitu dirindukan, logikanya, berarti ingin segera bertemu. Kalau ingin bertemu berarti dia sudah menyiapkan dirinya dengan bekal amal ibadah di dunia ini. “Barangsiapa membenci pertemuan dengan Allah, maka Allah akan benci bertemu dengannya,” demikian sabda Rasulullah Saw.

قال الله تعالي: فمن كان يرجو لقاء ربه فاليعمل عملا صالحا. (الكهف: 110)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Allah swt, maka dia harus berbuat baik”. (Al Kahfi: 110).

Husnulkhotimah, adalah sebuah karunia Allah SWT yang khusus diberikan kepada manusia istimewa. Tidak ada ceritanya dalam hidup ini istilah “muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga”. Husnul khotimah itu seperti hadiah untuk manusia, atas upaya manusia yang sungguh-sungguh di dalam menjalankan tugas hidup di dunia ini. “Seperti mahasiswa yang belajar mati-matian, lalu lulus dengan predikat summa cum laude.”

Jadi kita jangan pernah berpikir bagaimana supaya kita bisa mendapatkan Husnulkhotimah terlebih dulu, tanpa amal nyata. “Kata-kata mati, harusnya mampu kita hadirkan dalam hati kita setiap hari,”

Sabda Rasulullah yang menyatakan, bahwa dengan sering-sering mengingat mati menjadikan seseorang menjadi makhluk yang produktif, cermat, dan selektif, adalah benar adanya. Ini karena setiap pekerjaan yang dilakukannya dianggap sebagai pekerjaan terakhirnya. Karena maut bisa datang kapan dan di mana saja.

Sekali lagi saya katakan, kalaulah kita bersedia untuk selalu mengejar harta, pangkat dan jabatan yang hanya sementara, bahkan apa yang telah kita raih dari harta, pangkat dan jabatan tersebut, hanyalah segelintir saja yang mampu kita rasakan dan nikmati, sebatas yang bisa masuk ke dalam perut dan kebutuhan pribadi kita. Lalu mengapa, kita tidak bersedia untuk mempersiapkan diri kita kepada hal yang pasti akan kita rasakan. Mengapa kita tidak bersedia menjadikan harta, pangkat dan jabatan yang telah kita raih, untuk bekal di akhirat kelak? Mengapa kita tidak bersedia menjadikannya sebagai sarana untuk memperoleh ridha Allah Swt? Sedangkan perjalanan akhirat sangatlah panjang dan kekal abadi, sebelum datang penyesalan, karena penyesalan tidak akan mungkin datang lebih dahulu.

Allah Swt berfirman:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ(34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ(35)وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ(36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ(37).
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya. Lari dari Ibu Bapaknya. Lari dari isteri dan anaknya. Pada hari itu, setiap orang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Semoga Allah Swt berkenan untuk menjadikan kita termasuk kepada orang-orang yang tidak kikir di dalam menafkahkan harta, pangkat dan jabatan di jalan Allah Swt. Karena amal ibadah semacam ini pada hakikatnya adalah untuk kebahagiaan diri kita sendiri.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهم صلي وسلم وبارك علي سيدنا محمد وعلي آل سيدنا محمد وارض عن ساداتنا أصحاب رسولك صلي الله عليه وسلم ومن تبعهم بإحسان الي يوم الدين. اللهم اغفرلنا ذنوبنا واستر عيوبنا وطهر قلوبنا وأصلح نياتنا وعافنا واعف عنا وعلي ذكرك وشكرك وحسن عبادتك أعنا وعن بابك فلا تطردنا واختم بالصالحات أعمالنا يا إله العالمين. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذا النار. وصل اللهم علي سيدنا محمد النبي الأمي وعلي آله وأصحابه الأخيار ومن تبعهم بإحسان الي يوم الدين. آمين يا رب العالمين.

عباد الله: إن الله يأمركم بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربي وينهي عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون. أقم الصلاة