SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI

Empat belas abad silam Allah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia, di masa ketika masyarakat Arab berada dalam jurang kenistaan, kekacauan dan kejahiliyahan. Mereka adalah bangsa tak berperadaban, yang menyembah berhala buatan tangan mereka sendiri, yang
meyakini peperangan dan pertumpahan darah sebagai hal yang mulia, dan bahkan tega membunuh anak-anak mereka sendiri. Namun, melalui Islam mereka mendapatkan pengetahuan tentang nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban. Tidak hanya bangsa Arab, namun seluruh bangsa yang memeluk Islam terbebaskan dari kegelapan zaman jahiliyah dan tercerahkan oleh hikmah ilahiyah Al Qur’an. Di antara hal penting yang disampaikan Al Qur’an untuk umat manusia adalah pola pikir untuk apa mereka diciptakan ke dunia ini dan bagaimana menyikapinya agar bisa selamat dunia sampai akherat ?

Kamis, Juli 16, 2009

TIDAK ADA BID'AH HASANAH DALAM IBADAH

TIDAK ADA BID'AH HASANAH
Jumat, 06 Maret 09
Oleh: Drs. Hartono Ahmad Jaiz

KHUTBAH PERTAMA:



إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
.


Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Tidaklah samar bagi seorang Muslim yang istiqamah dalam membela Agama Allah, bahwa di antara pokok dakwah Rasulullah a yang paling mendasar setelah menyerukan Tauhid dan memerangi syirik, adalah seruan berpegang pada Sunnah dan memera-ngi bid'ah. Syirik merusak Tauhid, dan bid'ah merusak Sunnah. Ini diisyaratkan dengan sangat jelas dalam sejumlah hadits Rasulullah a, yang di antaranya adalah apa yang biasa diucapkan beliau da-lam mukadimah khutbah beliau,

وَشَرُّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
.
"Perkara yang paling buruk adalah ajaran-ajaran baru (dalam Agama) yang dibuat-buat, setiap ajaran baru yang dibuat-buat adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan adalah di neraka." (Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa`i dan Ibnu Majah).
Sabda beliau ini juga sangat tegas mengatakan bahwa setiap (atau, semua) bid'ah adalah kesesatan dan semua kesesatan adalah di dalam neraka.
Sabda beliau ini begitu jelas, seperti matahari, tapi mengapa bid'ah tersebar luas di tengah kaum Muslimin? Di antara penyebabnya adalah keyakinan banyak orang bahwa bid'ah itu ada dua macam: Bid'ah sayyi`ah (bid'ah yang buruk) dan bid'ah hasanah (bid'ah yang baik).
Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Berikut ini adalah beberapa kaidah yang dijelaskan secara ringkas, bahwa tidak ada bid'ah hasanah dalam Islam; semua bid'ah adalah sesat.
Pertama: Di antara pokok Agama yang diyakini oleh setiap Muslim, bahkan tidaklah benar iman seseorang jika tidak meyakininya, adalah bahwasanya Islam telah disempurnakan oleh Allah, sehingga orang yang menganutnya hanya punya peluang mengamalkan dan melaksanakan; yang kita kenal dengan prinsip: سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا (kami dengar dan kami taati), dan tidak ada lagi alasan untuk mengatakan, ada bid'ah hasanah, setelah Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Semua bid'ah adalah kesesatan."
Ini adalah pokok yang tegak di atas dalil-dalil yang terang, dan didukung oleh para ulama salaf. Perhatikan Firman Allah Ta’ala,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu." (Al-Ma`idah: 3).
Ayat yang agung ini menunjukkan bahwa Syariat Islam telah sempurna, dan apa yang ada di dalamnya sudah cukup bagi ke-butuhan manusia untuk menjalankan tugas pokok mereka dicip-takan, yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu." (Adz-Dzariyat: 56).
Imam Ibnu Katsir berkata mengenai ayat 3 surat al-Ma`idah ini di dalam Tafsir beliau,
"Ini adalah nikmat Allah yang paling besar bagi umat ini, dimana Allah telah menyempurnakan bagi mereka agama mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan agama yang lain selain agama Islam, tidak membutuhkan nabi lain selain nabi mereka Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan inilah sebabnya Allah menjadikan beliau sebagai penutup pada nabi, yang Allah utus kepada bangsa manusia dan jin; maka tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang beliau haramkan, dan tidak ada agama kecuali yang beliau syariatkan."
Karena itu, maka bid'ah apa saja yang dibuat-buat, lalu dinisbahkan kepada Islam, maka itu adalah penambahan atas Syariat, kelancangan yang keji, dan menganggap bahwa Agama ini masih kurang sehingga perlu ditambah.
Inilah yang difahami oleh sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan imam-iman kaum Muslimin. Sebagai contoh, terdapat riwayat shahih dari sahabat Ibnu Mas'ud Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau pernah berkata,

اِتَّبِعُوْا وَلَا تَبْتَدِعُوْا فَقَدْ كُفِيْتُمْ.

"Ikutilah (Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam) dan jangan membuat-buat bid'ah, karena sungguh kalian telah dicukupkan (dengan Agama yang sempurna)." (Diriwayatkan oleh ad-Darimi, dan al-Haitsami berkata dalam Majma' az-Zawa`id, "Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan para rawinya adalah rawi-rawi shahih").
Ringkasnya, orang yang menganggap bid'ah itu ada yang baik, maka konsekuensi logisnya adalah bahwa syariat Agama ini belumlah sempurna. Maka Firman Allah tadi, الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu," menjadi tidak ada artinya baginya. Disadari atau tidak, orang yang berpandangan bahwa bid'ah itu ada yang baik, maka dia -dengan ucapan maupun sikap- telah mengatakan bahwa ajaran Islam itu belum sempurna. Dan orang yang beranggapan bahwa syariat Agama ini belum sempurna, maka dia adalah seorang yang sesat dan jauh dari kebenaran.
Imam asy-Syaukani Rahimahullah ketika membantah sejumlah pandangan ahli bid'ah, berkata, "Apabila Allah telah menyempurnakan AgamaNya sebelum Dia mewafatkan NabiNya Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka apa artinya bid'ah yang dibuat-buat oleh orang-orang yang menganutnya setelah Allah menyempurnakan AgamaNya? Bila dalam keyakinan mereka, bid'ah (yang mereka buat-buat itu) adalah bagian dari Agama, maka Agama ini belum sempurna berdasarkan pandangan mereka tersebut. Dan dalam pandangan ini terkandung penolakan terhadap al-Qur`an. Bila bid'ah tersebut bukan bagian dari Agama, maka apa faidahnya menyibukkan diri dengan ajaran yang bukan dari Agama?"
Apa yang dikatakan asy-Syaukani ini adalah argumen yang tepat dan hebat, yang tak akan bisa dibantah oleh mereka yang mendewakan dan menjadikan akal sebagai tolak ukur. Maka surat al-Ma`idah ayat 3 ini adalah bantahan pertama bagi setiap orang yang mengatakan, bid'ah itu ada yang baik.
Jama'ah Jum'at yang Disayang Allah
Kedua: Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memikul kewajiban menyampaikan risalah Islam secara total, tidak boleh kurang. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

"Dan kami turunkan kepadamu al-Qur`an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka." (An-Nahl: 44).
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah melaksanakan kewajiban itu dengan sebenar-benarnya, karena kalau tidak, maka itu artinya beliau belum menyampaikan risalah sebagaimana semestinya. Dan ini tidak mungkin, dari segi akal maupun syariat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah diwafatkan Allah dengan berpayung ridha Allah, kecuali karena Agama ini telah beliau sampaikan dengan sempurna, tidak ada lagi yang masih kurang.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengisyaratkan tugas penting ini dalam sabda beliau,

إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِيْ إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ.

"Sesungguhnya tidaklah seorang nabi (diutus) sebelumku, kecuali dia memikul tanggungjawab untuk menunjukkan umatnya segala kebaikan yang diketahuinya, dan memperingatkan mereka dari keburukan yang diketahuinya." (Diriwayatkan oleh Muslim).
Dalam hadits lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا بَقِيَ شَيْءٌ يٌقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلَّا وَقَدْ بُيِّنَ لَكُمْ.

"Tidak ada sesuatu pun yang tersisa yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka, kecuali benar-benar telah dijelaskan bagi kalian." (Diriwayatkan ath-Thabrani, dan disha-hihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah no. 1803).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِيْ إِلَّا هَالِكٌ.

"Sungguh aku telah meninggalkan kalian di atas (Agama dan hujjah) yang terang, malamnya bagaikan siangnya, tidak ada yang berpaling darinya setelah sepeninggalku kecuali orang yang binasa." (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Albani da-lam Shahih Sunan Ibnu Majah).
Dan terdapat riwayat shahih dari ummul Mukminin, Aisyah Radhiyallahu ‘anha, bahwasanya beliau berkata, "Barangsiapa yang mengatakan kepada Anda, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyembunyikan sesuatu dari wahyu, maka janganlah percaya kepadanya, karena Allah Ta’ala berfirman,

َيَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ


"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. dan jika tidak kamu laksanakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan (amanat) risalahNya'.(Al-Ma`idah: 67)." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).
Inilah sebabnya Imam Malik bin Anas Rahimahullah pernah berkata,"Barangsiapa yang membuat-buat suatu bid'ah, lalu menganggapnya baik, maka dia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam telah berkhianat (dengan menyembunyikan sebagian wahyu). Karena Allah telah berfirman,
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu", maka apa yang pada hari (diturunkannya ayat) ini bukan ajaran Agama, hari ini tidak menjadi ajaran Agama." (Lihat al-I'tisham, oleh asy-Syathibi, 1/49).
Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Ketiga: Menetapkan syariat adalah hak khusus Allah, Penguasa alam semesta. Manusia sama sekali tidak punya hak untuk ikut membuat ajaran-ajaran syariat. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaih wasallam sendiri hanya menetapkan apa yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala, dan ini adalah masalah yang jelas. Kalau seandainya Syariat Agama ditetapkan berdasarkan daya nalar dan jangkauan akal manusia, niscaya diutusnya para Rasul oleh Allah menjadi sesuatu yang tidak bermakna, karena manusia toh bisa menetapkan syariat sendiri.
Perhatikan ketika Allah Ta’ala berfirman,

اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُونَ

"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya." (Al-A'raf: 3)
Al-Allamah as-Sa'di berkata dalam Tafsir beliau, "…dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya", maksudnya, jangan kalian pilih mereka dan jangan ikuti keinginan hawa nafsu mereka.
Orang yang lancang membuat-buat ajaran baru, sesungguhnya dia telah menempatkan dirinya sederajat dan sebagai tandingan bagi Allah Ta’ala, dan ini adalah kezhaliman yang amat berbahaya.
Camkan baik-baik Firman Allah Ta’ala,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu selain Allah yang men-syariatkan untuk mereka ajaran agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih." (Asy-Syura: 21).
Ditambah lagi, bahwa ini artinya dia telah membuka pintu perselisihan yang tak ada habis-habisnya bagi masyarakat Muslim, karena setiap orang merasa berhak membuat ajaran dan satu sama lain tidak mungkin melahirkan ajaran yang sama.
Perhatikan Firman Allah Ta’ala,

وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (Al-An'am: 153).
Imam Mujahid Rahimahullah, salah seorang ulama tabi'in berkata, " وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ (… dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)", maksudnya adalah, bid'ah-bid'ah dan syubhat-syubhat."
Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Kesimpulan dari poin yang ketiga ini: Agama ini adalah agama Allah. Hanya Allah yang berhak menetapkan syariat; artinya, ajaran agama dan jalan yang lurus hanyalah yang telah digariskan Allah. Rasulullah sendiri hanya menetapkan syariat berdasarkan kehendak Allah. Patut kita simak baik-baik apa yang dikata-kan oleh Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitab beliau I'lam al-Muwaqqi'in 1/344, "Telah diketahui semua bahwa tidak ada yang haram kecuali yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak ada perbuatan yang dianggap berdosa kecuali yang dinyatakan berdosa oleh Allah dan RasulNya bagi pelakunya. Sebagaimana tidak ada yang wajib kecuali yang diwajibkan Allah dan RasulNya dan tidak ada agama kecuali yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Maka prinsip dasar dalam segala ibadah adalah, "batil, sampai ada dalil yang mendasarinya, …"
Dan sebelum beliau, guru beliau Syaikhul Islam berkata dalam Majmu' al-Fatawa 31/35, "Masalah ibadah, ajaran agama, dan sarana mendekatkan diri kepada Allah, hanya diambil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka tidak ada hak bagi seorang pun (siapa pun dia) untuk membuat suatu bentuk ibadah atau cara mendekatkan diri kepada Allah, kecuali dengan dalil syar'i."
Keempat: Bid'ah sudah pasti hanya mengikuti hawa nafsu; karena akal manusia, apabila tidak mengikuti syariat, tidak ada kemungkinan lain kecuali mengikuti hawa nafsu. Dan kita semua insya` Allah tahu bahwa mengikuti hawa nafsu adalah kesesatan yang nyata. Barangkali di antara kita ada yang keberatan dengan poin yang satu ini. Untuk itu mari kita camkan baik-baik Firman Allah Ta’ala kepada Nabi Dawud Alaihis salam,

وَانطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَى آلِهَتِكُمْ إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ

"Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan hukum di antara manusia dengan kebenaran (adil) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (Shad: 26).
Perhatikanlah bagaimana Allah hanya menyebutkan dua keputusan hukum, yaitu kebenaran dan hawa nafsu.
Dalam surat al-Qashash ayat 50 Allah Ta’ala berfirman,

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat hidayah dari Allah sedikit pun? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim."
Dalam ayat ini Allah juga hanya menyebutkan dua jalan, yaitu hidayah dan hawa nafsu. Begitu pula surat al-Jatsiyah: 18,

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاء الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

"Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peratur-an) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan jangan-lah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui."
Di sini Allah juga hanya menyebutkan dua pilihan untuk diikuti, yaitu syariat Agama dan hawa nafsu.
Jika demikian, maka jika akal manusia tidak mengikuti syariat yang ditetapkan Allah dan RasulNya, maka dia pasti mengikuti hawa nafsu; hawa nafsu dirinya atau hawa nafsu orang lain. Itulah sebabnya, hanya ada tauhid atau syirik, sunnah atau bid'ah. Semua syirik adalah rusak dan semua bid'ah juga rusak.
Kelima: Semua dalil-dalil yang shahih mencela bid'ah secara mutlak, tanpa kecuali, dan tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan atau paling tidak mengisyaratkan bahwa bid'ah itu ada yang sayyi`ah (buruk) dan hasanah (baik).
Ingat kembali sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah kita sebut di awal khutbah tadi,

وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.

"Perkara yang paling buruk adalah ajaran-ajaran baru (dalam Agama) yang dibuat-buat, setiap ajaran baru yang dibuat-buat adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan adalah di neraka."
Dalam wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang terkenal diriwayatkan oleh al-Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, dan di akhir wasiat agung tersebut Rasul mengingatkan,

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

"Dan jauhilah ajaran-ajaran baru yang dibuat-buat, karena semua ajaran baru yang dibuat-buat adalah bid'ah, dan semua bid'ah adalah kesesatan." (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Dan dishahihkan oleh al-Albani 5).
Kedua hadits ini -dan tentu saja masih banyak hadits-hadits yang lain- sama sekali tidak menyebutkan adanya bid'ah hasanah, setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan secara mutlak bahwa semua bid'ah itu sesat. Dan inilah yang dipahami oleh para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan di antara mereka adalah sahabat yang mulia Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, yang dikenal sebagai salah seorang di antara sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling teguh mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Umar berkata,

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً.
"Setiap bid'ah itu adalah kesesatan sekalipun orang melihatnya sebagai suatu yang baik."

.
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ




Khutbah yang kedua



إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا


Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah

Lima kaidah ini saya kira sudah lebih dari cukup untuk menyimpulkan, bahwa tidak ada bid'ah hasanah dalam Islam.

Cobalah kita simak kembali dengan seksama sabda agung Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam,


مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.


"Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal (ibadah) yang tidak didasari oleh Agama kami maka amal tersebut tertolak."

Bahkan dalam lafazh lain mengatakan,


مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَـذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.


"Barangsiapa yang membuat-buat ajaran baru dalam Agama kami ini yang bukan darinya, maka ajaran tersebut tertolak." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).

Jama'ah yang Dirahmati Allah
Kita memohon kepada Allah agar berkenan menjadikan kita sebagai orang ikhlas dalam beribadah kepadaNya dan menjadikan kita orang-orang yang teguh mengikuti Sunnah RasulNya Shallallahu ‘alaihi wasallam.


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.


Dikutib dari Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-2, Darul Haq Jakarta.

MENGINGAT KEMATIAN

MENGINGAT MATI


Oleh: Marhadi Muhayar, Lc., M.A.


الحمد لله العزيز الغفور، الذي جعل في الإسلامِ الحنيفِ الهُدَي والنور، الذي قال ] وما الحياةُ الدنيا إلا مَتَاعُ الغرور[ ، نحمده سبحانه وتعالي حَمْدَ مَنْ نَظَرَ فَاعْتَبَر، وَكَفَّ عن المساويءِ وازْدَجَر، وعَلِمَ أن الدُّنيا ليست بدار مَقَرّ، وأشهد أن لا إله الله خلق الخلائق وأحكامَها، وقدّر الأعمار وحدّدها، وهو باقٍ لا يفوت وهو حيّ لا يموت، وأشهد أن محمدا عبدُه ورسولُه، أَمَرَ بتذكير الموتِ والفناء، والاستعدادِ ليوم البَعْث والجزاء.
اللهم صلي الله علي سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلي آله الطيبين وأصحابه الأخيار أجمعين. أما بعد.
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan oleh Allah Swt....
Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkanlah saya berwasiat, baik bagi diri saya sendiri, maupun bagi hadirin sekalian, untuk selalu dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan diri kita kepada Allah Swt. Karena hanya dengan landasan keimanan dan ketakwaan sajalah, kita akan dapat selamat, baik di dunia, maupun di akhirat.

Dalam khutbah Jum’at kali ini, saya tidak akan membawakan tema baru. Justeru saya ingin sedikit mengendapkan maklumat-maklumat hadirin sekalian yang terdahulu, dan saatnya sekarang untuk sedikit merenungi dan mengingat-ngingat kembali, maksud dan tujuan dari khutbah Jumat yang amat banyak tersebut. Karenanya, berdirinya saya di sini, hanya untuk kembali mengulang dan mengulang, hanya untuk kembali mengingatkan kita semuanya, baik bagi diri saya maupun bagi hadirin sekalian yang dimuliakan oleh Allah Swt. Seiring dengan firman Allah:
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ( الذاريات: 55)
“Ingatkanlah olehmu, sesungguhnya peringatan itu sangat bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”. (Adzdzaariyaat: 55).”

Maka berlandaskan firman tadi, pada kesempatan yang berbahagia ini, saya kembali mengajak hadirin sekalian untuk merenungi maksud dan tujuan hidup ini, melalui sebuah sarana, yang barangkali dapat mengimbangi gerak langkah hidup kita di dalam mengarungi hiruk-pikuknya bahtera dunia ini, mudah-mudahan dapat sedikit memotifasi diri kita semua di dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt, yaitu melalui sarana “mengingat mati”.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah Swt....
Hidup hanyalah tempat persinggahan sementara. Adapun kematian, sesungguhnya merupakan awal kehidupan manusia yang kekal dan abadi. Nabi Saw bersabda:

مَا مَثَلِي وَمَثَلُ الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ سَارَ فِي يَوْمٍ صَائِفٍ فَاسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا (رواه إبن ماجه وأحمد).
“Aku dan dunia bagaikan seseorang yang tengah mengadakan perjalanan di suatu hari yang panas, lalu berteduh sejenak di bawah rindangnya sebuah pohon, lantas pergi meninggalkan pohon itu untuk melanjutkan kembali perjalanan panjang”. (HR. Ibnu Mâjah dan Ahmad).

Allahpun berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ(32)
“Kehidupan di dunia ini bagaikan permainan dan senda gurau belaka. Sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Al-Anâm [6]: 32)

Begitu jelas makna hadis dan ayat tadi. Logikanya, kalau kehidupan ini bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya persinggahan sementara untuk sebuah perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, maka bekal apakah yang seharusnya kita siapkan untuk sebuah perjalanan yamg maha panjang tersebut? Di antara hal yang dapat memotivasi diri kita untuk mempersiapkan bekal tersebut dengan sebaik-baiknya adalah memperbanyak mengingat mati.

Nabi Saw bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ (رواه الترميذي وابن ماجه).
"Perbanyakkanlah mengingati mati, niscaya kalian akan dapat menyepelekan kelezatan dunia”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Kalaulah kita bersedia untuk selalu mengejar harta, pangkat dan jabatan yang hanya sementara, bahkan belum tentu semua itu dapat kita rasakan, mengapa kita tidak bersedia untuk mempersiapkan diri kita kepada hal yang sudah pasti akan kita rasakan. Bukankah kenyataan hidup selama ini mengatakan, bahwa umur manusia ada akhirnya ? Bukankah Allah Swt sudah jelas-jelas berfirman:
كل نفس ذائقة الموت. (آل عمران: 185)
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati”. (Ali Imran: 185) Tidak ada yang bisa menahan dan menghalanginya.
فإذا جاء أجلهم لا يستاخرون ساعة ولا يستقدمون. (النحل: 61)
“Jika telah datang ajalnya, maka tidak dapat diakhirkan atau dimajukan, walaupun hanya sesaat”. (An-Nahl: 61).

Suatu hari nabiyullah Yakub As berjumpa dengan malaikat pencabut nyawa, Izrail As. Beliau menginginkan di saat ajalnya sudah mendekat, agar diberitahu terlebih dahulu sebelumnya, sehingga menjadi lebih siap di dalam menghadapi sakaratul maut yang akan dia hadapi. Oleh karenanya, Nabiyullah Ya’kub meminta malaikat pencabut nyawa, untuk mengirimkan utusannya terlebih dahulu sebelum dicabut nyawanya.
Suatuk ketika, di saat malaikat maut datang menjemput Nabi Yakub As untuk mencabut nyawanya, beliau bertanya, "Bukankah dulu pernah aku bilang kepadamu untuk dikirimkan utusan terlebih dahulu sebelum engkau mencabut nyawaku?" Malaikat maut menjawab, "Demi Allah, telah banyak utusanku datang memberi peringatan kepadamu wahai nabiyallah”, Dengan agak heran nabi Yakub berkata, "Aku tidak pernah tahu dan tidak pernah mengenalnya?" Malaikat maut pun menjawab, "Bukankah telah datang utusanku berupa sakit, uban, pendengaran berkurang dan penglihatan yang mulai kabur?"

Abu Dzar meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, "Berziarah kuburlah kalian, karena dia dapat mengingatkan kamu kepada akhirat. Mandikanlah orang mati karena mengurus orang mati dapat menjadi peringatan yang cukup mendalam bagimu. Shalatkanlah jenazah karena ia dapat menyedihkan hati kamu. Sedangkan orang yang bersedih karena Allah Swt, berarti dia bersedia untuk melaksanakan amal kebajikan.

Sakitnya Sakaratul Maut
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Swt...
Mengenai sakitnya sakaratul maut, ada sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ikrimah dari Ibnu Abbas Ra: Suatu ketika, pernah Nabi Ibrahim As berdialog dengan Malaikat Maut tentang sakaratulmaut. Khalilullah ini bertanya, “Dapatkah engkau memperlihatkan rupamu kepadaku saat engkau mencabut nyawa manusia yang gemar berbuat dosa?” Malaikat menjawab pendek: “Engkau tidak akan sanggup.”“Aku pasti sanggup,” tegas nabi Ibrahim. “Baiklah, berpalinglah dariku,” pinta si Malaikat.

Saat Nabi Ibrahim as berpaling kembali, di hadapannya telah berdiri sesosok makhluk berkulit legam dengan rambut berduri, berbau teramat busuk, dan berpakaian serba hitam. Dari hidung dan mulutnya tersembur jilatan api. Seketika itu pula Nabi Ibrahim as jatuh pingsan! Ketika tersadar kembali, beliau pun berkata kepada Malaikat Maut, “Wahai Malaikat Maut, seandainya para pendosa itu hanya diperlihatkan keburukan rupamu saja di saat kematiannya, niscaya itu sudahlah cukup sebagai hukuman atasnya.”

Dari beberapa riwayat, selain nabi Ibrahim As, nabi Idris, dan Daud , Nabi Isa as juga pernah dihadapkan pada fenomena penampakan Malaikat Maut. Kesimpulan dari semua itu, bahwa sakaratulmaut belum seberapa bila dibandingkan dengan sakaratulmaut itu sendiri. Sakaratulmaut adalah sebuah ungkapan untuk menggambarkan rasa sakit yang menyerang inti jiwa manusia dan menjalar ke seluruh bagian tubuh, sehingga tak satu pun bagian badan yang terbebas dari rasa sakit itu. Malapetaka paling dahsyat di kehidupan paripurna manusia ini, memberi rasa sakit yang berbeda-beda pada setiap orang, tergantung amal dan ibadahnya.

Untuk menggambarkan rasa itu, pernah Rasulullah S.A.W berkata: “Kematian yang paling mudah adalah serupa dengan sebatang duri yang menancap di selembar kain sutera. Lantas Nabi bertanya, apakah duri itu dapat terambil begitu saja tanpa membawa bagian sutera yang koyak?”

Pada kesempatan lain Nabi Saw bersabda: “Sakitnya sama dengan tiga ratus tusukan pedang.”
Diriwayatkan, ketika ruh Nabi Ibrahim as akan dicabut, Allah SWT bertanya kepada Ibrahim: “Bagaimana engkau merasakan kematian wahai khalilullah (khalilullah berarti sahabat Allah)?“ Beliau menjawab, “Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke dalam gumpalan bulu basah yang kemudian ditarik.”“Yang seperti itulah, sudah Kami ringankan atas dirimu,” kata Allah Swt.

Rasulullah S.A.W sendiri menjelang akhir hayatnya berucap: “Ya Allah ringankanlah aku dari sakitnya sakaratulmaut” berulang hingga tiga kali. Padahal telah ada jaminan dari Allah SWT bahwa beliau akan masuk surga. Mari kita bandingkan tingkat keimanan dan keshalehan beliau dengan diri kita, yang hanya manusia biasa ini.

Proses Sakaratul Maut
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah....
Bagaimanakah sebenarnya proses sakaratul maut itu telah berlaku pada manusia? Dalam hal ini baginda Rasullullah Saw telah memberitahukan kita: Apabila telah sampai ajal seseorang, maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil di dalam badannya, lalu mereka menarik rohnya melalui kedua telapak kakinya hingga sampai kelutut. Setelah itu datang sekumpulan malaikat yang lain, masuk untuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut, kemudian mereka pun keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada, setelah itu mereka pun keluar.

Dan akhir sekali, datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong, itulah yang dinamakan dengan saat nazak orang tersebut.

Rasullullah S.A.W. melanjutkan: "Jika orang yang nazak itu orang beriman, maka malaikat Jibrail A.S. akan menebarkan sayapnya yang kanannya sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Di saat orang yang beriman itu melihat syurga, dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya, akibat kerinduannya yang teramat sangat kepada syurga, dia melihat terus apa yang dilihatnya pada sayap Jibrail As." Adapun, jika orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail As. akan menebarkan sayap kirinya. Maka orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang disekelilinginya, akibat terlalu takutnya dia melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya kelak.

Ketika ruh manusia telah keluar dari jasadnya, berarti dia telah memasuki alam baru, bukan alam dunia lagi melainkan alam Barzah, alam pemisah antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, menunggu hari perhitungan.
Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ (رواه النرمدي وابن ماجه واحمد).
"Kuburan adalah awal kehidupan akhirat. Jika seseorang selamat daripadanya, maka kehidupan setelahnya menjadi lebih mudah. Namun, jika ia tidak selamat daripadanya, maka kehidupan setelahnya lebih mengerikan.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah suatu hari menasehati para sahabatnya, beliau berkata: Jika kalian melewati kuburan, lihatlah... betapa sempitnya rumah-rumah mereka sekarang.
-Tanyakan kepada orang-orang kaya mereka, masih tersisakah harta mereka?
-Tanyakan pula kepada orang-orang miskin di antara mereka, masih tersisakah kemiskinan mereka?
-Tanyakan tentang lisan yang dengannya mereka berbicara, sepasang mata yang dengannya mereka melihat indahnya pemandangan?.
-Tanyakan pula tentang kulit-kulit nan lembut dan wajah-wajah cantik jelita, tubuh-tubuh yang halus-mulus, apa yang diperbuat oleh ulat-ulat di balik kain kafan mereka? Lisan-lisan itu telah hancur, wajah-wajah cantik jelita itu telah dimakan ulat, anggota badan mereka telah terpisah-pisah berserakan.
-Lalu di mana pelayan-pelayan mereka yang setia?
-Di mana tumpukan harta dan sederetan pangkat mereka?
-Di mana rumah-rumah gedong mereka yang banyak dan menjulang tinggi?
-Di mana kebun-kebun mereka yang rindang dan subur?
-Di mana pakaian-pakaian mereka yang indah dan mahal?
-Di mana kendaraan-kendaraan mewah kesukaan mereka?
-Bukankah mereka kini berada di tempat yang sangat sunyi?
-Bukankah siang dan malam bagi mereka sama saja?
-Bukankah mereka berada dalam kegelapan?
-Mereka telah terputus dengan amal mereka. Mereka telah berpisah dengan orang-orang yang sangat mereka cintai, dengan harta yang mereka puja-puja, dengan gaya hidup yang mereka banggakan. Orang-orang yang mereka cintai tidak mau ikut bersamanya, harta yang mereka tinggalkan malah akan menjadi beban jika digunakan bukan di jalan yang Allah ridhai. Ketika itu, yang masih bermanfaat hanyalah tiga: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anaknya yang shaleh yang mendo’akan dirinya.” Demikianlah nasehat dari Umar bin Abdul Aziz.

Muhammad bin Shabih berkata, “telah sampai berita kepada kami, bahwa manakala seseorang telah diletakkan di kuburannya, lalu disiksa atau mendapatkan sesuatu yang dibenci, tetangga kuburnya dari orang-orang yang telah meninggal sebelumnya berkata kepadanya, 'Wahai pendatang baru, tidakkah engkau mengambil pelajaran dari kami? Tidakkah engkau merenungkan kematian kami yang mendahuluimu? Bukankah engkau mengetahui bahwa amal kami telah terputus, sementara engkau masih diberi waktu? Mengapa tidak engkau kejar apa yang tidak diperoleh oleh saudara-saudaramu ini?

Relevan dengan firman Allah Swt:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ. لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ. (المؤمنون: 99-100)
"hingga datanglah kematian kepada salah seorang dari mereka, dia berkata: ya tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal shaleh dari apa yang telah aku tinggalkan (dahulu). Sekali-kali tidak. Itu hanyalah omongan belaka (yang tidak bermanfaat) dan di hadapan mereka ada dinding pembatas sampai hari mereka dibangkitkan." (Al-Mu'minun: 99-100).

Sebab Siksa Kubur
Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah....
Disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziah rahimahullah ta’ala, bahwa siksa kubur itu ditimpakan karena berbagai macam dosa dan maksiat, di antaranya adalah:
1. Adu domba dan menggunjing.
2. Tidak bersuci (cebok) setelah buang air kecil.
3. Shalat dalam keadaan tidak suci (kotor).
4. Berdusta.
5. Lalai dan malas dalam mengerjakan shalat.
6. Tidak mengeluarkan zakat.
7. Berzina.
8. Mencuri.
9. Berkhianat.
10. Menfitnah sesama umat Islam.
11. Makan riba.
12. Tidak menolong orang yang dizhalimi.
13. Minum khamar (kalau jaman sekarang seperti: minum sempain, ngeplay, ngegele, sabu-sabu, ekstasy dan sejenisnya).
14. Memanjangkan kain hingga di bawah mata kaki (menyombongkan diri).
15. Membunuh.
16. Mencaci sahabat Nabi.
17. Mati dalam keadaan membawa bid'ah.

Yang Menyebabkan Selamat dari Siksa Kubur
Adapun kiat agar kita tidak terkena siksa kubur, Imam Ibnu Qayyim memberitahukan sebagai berikut: sebab-sebab kita di seselamatkan dari siksa kubur adalah dengan menjauhkan berbagai macam maksiat dan dosa. Untuk itu, Ibnu Qayyim menganjurkan, hendaknya setiap muslim melakukan perhitungan atas dirinya setiap hari, tentang apa saja dosa dan kebaikan yang telah dilakukannya pada hari itu. Setelah itu, ia memperbaharui taubatnya kepada Allah setiap hari, terlebih di saat ia hendak tidur malam. Jika ia meninggal dunia pada malam itu, maka ia meninggal dalam keadaan telah bertaubat. Jika ia bangun dari tidurnya, ia bersyukur karena ajalnya masih ditangguhkan. Dengan demikian, ia masih diberi kesempatan beribadah kepada Rabbnya dan mengejar amal yang belum dilakukannya. Imam Ibnu Qayyim menambahkan, “sebelum tidur, hendaknya pula dia berada dalam keadaan berwudhu, senantiasa mengingat Allah dan mengucapkan dzikir-dzikir yang disunnahkan Nabi saw sampai ia tidur atau tertidur. Jika seseorang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya dia akan diberi kekuatan untuk melakukannya.

Kemudian Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa ketaatan yang bisa menyelamatkan kita dari siksa kubur, di antaranya adalah:
Yang pertama, Rajin beribadah dan taat kepada Allah Swt dengan ikhlas.
2. Mati syahid di jalan-Nya.
3. Membaca surat Al-Mulk.
4. Meninggal karena sakit, dan terakhir:
5. Meninggal dunia pada hari Jum'at.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لي ولكم وللمسلمين، فَاسْتَغْفِرُوْهُ،،، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH JUMAT BAGIAN II


اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الأزْمَانِ وَالآنَاءِ، فَلا ابْتِدَاءَ لوجوده ولا انتهاءَ، يستوي بعلمه السرُّ والخفاءُ، القائلِ: (وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا). أشهد أن لا الع إلا الله الكبير المُتَعَالِ، المُنَزَّهُ عن الشبيه والمِثال، الذي يسبِّح بحمده كلُّ شيء في الغُدُوِّ والآصال. وأشهد أن محمدا عبده رسوله الذي حذّرنا من دار الفتون، المُنْزَلُ عليه (إنك ميّتٌ وإنهم ميتون). اللهم صلي الله علي سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلي آله الطيبين وأصحابه الأخيار أجمعين. أما بعد.

Mati Tidak Perlu Ditakuti Melainkan Sebagai Motifasi Hidup
Hadirin... sidang jumat yang dimuliakan oleh Allah Swt....
Betapa pun sakitnya sakaratul maut. Kematian, semestinya tidak menjadi sesuatu yang perlu ditakuti, tapi sebaliknya harus senantiasa dirindukan. Jika sesuatu itu begitu dirindukan, logikanya, berarti ingin segera bertemu. Kalau ingin bertemu berarti dia sudah menyiapkan dirinya dengan bekal amal ibadah di dunia ini. “Barangsiapa membenci pertemuan dengan Allah, maka Allah akan benci bertemu dengannya,” demikian sabda Rasulullah Saw.

قال الله تعالي: فمن كان يرجو لقاء ربه فاليعمل عملا صالحا. (الكهف: 110)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Allah swt, maka dia harus berbuat baik”. (Al Kahfi: 110).

Husnulkhotimah, adalah sebuah karunia Allah SWT yang khusus diberikan kepada manusia istimewa. Tidak ada ceritanya dalam hidup ini istilah “muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga”. Husnul khotimah itu seperti hadiah untuk manusia, atas upaya manusia yang sungguh-sungguh di dalam menjalankan tugas hidup di dunia ini. “Seperti mahasiswa yang belajar mati-matian, lalu lulus dengan predikat summa cum laude.”

Jadi kita jangan pernah berpikir bagaimana supaya kita bisa mendapatkan Husnulkhotimah terlebih dulu, tanpa amal nyata. “Kata-kata mati, harusnya mampu kita hadirkan dalam hati kita setiap hari,”

Sabda Rasulullah yang menyatakan, bahwa dengan sering-sering mengingat mati menjadikan seseorang menjadi makhluk yang produktif, cermat, dan selektif, adalah benar adanya. Ini karena setiap pekerjaan yang dilakukannya dianggap sebagai pekerjaan terakhirnya. Karena maut bisa datang kapan dan di mana saja.

Sekali lagi saya katakan, kalaulah kita bersedia untuk selalu mengejar harta, pangkat dan jabatan yang hanya sementara, bahkan apa yang telah kita raih dari harta, pangkat dan jabatan tersebut, hanyalah segelintir saja yang mampu kita rasakan dan nikmati, sebatas yang bisa masuk ke dalam perut dan kebutuhan pribadi kita. Lalu mengapa, kita tidak bersedia untuk mempersiapkan diri kita kepada hal yang pasti akan kita rasakan. Mengapa kita tidak bersedia menjadikan harta, pangkat dan jabatan yang telah kita raih, untuk bekal di akhirat kelak? Mengapa kita tidak bersedia menjadikannya sebagai sarana untuk memperoleh ridha Allah Swt? Sedangkan perjalanan akhirat sangatlah panjang dan kekal abadi, sebelum datang penyesalan, karena penyesalan tidak akan mungkin datang lebih dahulu.

Allah Swt berfirman:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ(34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ(35)وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ(36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ(37).
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya. Lari dari Ibu Bapaknya. Lari dari isteri dan anaknya. Pada hari itu, setiap orang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Semoga Allah Swt berkenan untuk menjadikan kita termasuk kepada orang-orang yang tidak kikir di dalam menafkahkan harta, pangkat dan jabatan di jalan Allah Swt. Karena amal ibadah semacam ini pada hakikatnya adalah untuk kebahagiaan diri kita sendiri.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهم صلي وسلم وبارك علي سيدنا محمد وعلي آل سيدنا محمد وارض عن ساداتنا أصحاب رسولك صلي الله عليه وسلم ومن تبعهم بإحسان الي يوم الدين. اللهم اغفرلنا ذنوبنا واستر عيوبنا وطهر قلوبنا وأصلح نياتنا وعافنا واعف عنا وعلي ذكرك وشكرك وحسن عبادتك أعنا وعن بابك فلا تطردنا واختم بالصالحات أعمالنا يا إله العالمين. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذا النار. وصل اللهم علي سيدنا محمد النبي الأمي وعلي آله وأصحابه الأخيار ومن تبعهم بإحسان الي يوم الدين. آمين يا رب العالمين.

عباد الله: إن الله يأمركم بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربي وينهي عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون. أقم الصلاة

Memaknai Maulid Nabi Muhammad Saw

Khutbah Jumat 20 Maret 2009

Oleh: Dr. Ir. Muhammad Anis M.Met

Memaknai Maulid Nabi Muhammad Saw.


Assalamu’alaikum wa Rahmatullah wa Barakaatuh
Tema khutbah yang saya akan bahas kali ini adalah memaknai peringatan maulid Muhammad Saw. Setiap tahun pada bulan Robiul awal tepatnya pada tanggal 12 Robiul awal yang pada tahun ini bertepatan dengan. Maret tahun 2009, kita bangsa Indonesia memperingati maulid Nabi Muhammad Saw.
Dalam bahasa arab, kata maulid berasal dari akar kata wa-la-da yang artinya lahir, yang melahirkan disebut walida, dan yang dilahirkan disebut maulud, sedangkan sang ayah dari bayi itu disebut walid. Dalam kata maulid tercakup pengertian waktu kelahiran terjadi, oleh karena itu kata maulid dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai hari kelahiran maka perkataan maulid Nabi Muhammad saw. diartikan sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad saw.
Ma’syirol muslimin rohimakumullah. Allah mengirimkan Nabi ke dunia untuk memberikan pengajaran kepada ummat manusia tentang cara penghidupan yang baik.
Tentunya kita akan bertanya kepada diri kita masing-masing, apakah maulid Nabi perlu untuk diperingati? Apakah memperingatinya cukup dengan adanya kalender berwarna merah sehingga kita bisa berlibur? Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, perlu kita menghayati kehidupan Rasulullah sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat 21:
Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21)
Dalam kesempatan khutbah yang singkat ini, ada beberapa hal yang patut saya sampaikan terkait dengan kisah-kisah Nabi Muhammad Saw., yang dapat kita jadikan suri tauladan bagi kita semua. Nabi mengajarkan agar para pengikutnya menjalin pertalian keluarga yang baik. Nabi sangat menghormati orang tuanya. Dia bahkan mengatakan, surga berada di bawah telapak kaki ibu dan kesenangan Allah ada di dalam kesenangan orang tua. Oleh karena itu Beliau meyakinkan siapapun yang memperlakukan orang tua ayah dan ibu secara baik maka berhak mendapatkan surga. Nabi juga mengingatkan kepentingan yang paling utama dalam kehidupan sehari-hari adalah menjalin pertalian di dalam keluarga.
Nabi Muhammad Saw. berpesan kepada para pengikutnya untuk mencari ilmu, mencari ilmu adalah tugas setiap muslim. Ilmu dapat membimbing kita kepada jalan kebahagiaan, jika kita terus mencari ilmu maka Allah akan menunjukkan jalan yang benar dalam kehidupan kita. Tatkala Nabi Muhammad berusia 25 tahun, Beliau memiliki reputasi tentang kejujurannya. Di kalangan orang-orang Quraisy, Beliau dikenal sebagai orang yang paling berani dan sopan. Nabi juga seorang tetangga yang baik, toleran dan selalu dapat dipercaya. Beliau selalu berupaya menjauhkan diri dari perkelahian dan percekcokan, dia juga tidak pernah menggunakan bahasa cacian atau makian. Nabi Muhammad Saw. mengajak para pengikutnya untuk selalu berbicara kebenaran karena hal itu akan membawa kebaikan. Beliau juga mengingatkan pengikutnya untuk menjauhi orang yang gemar berdusta karena dusta akan membawa kepada kejahatan. Nabi Muhammad Saw. memiliki kekuatan karakter, dicerminkan dalam kesabaran dan toleransi Beliau yang selalu menolak berbagai hal yang dapat membangkitkan amarah.
Beliau tetap berlaku baik dan dermawan sekalipun kepada seseorang yang pernah menyakitinya. Nabi Muhammad Saw. jauh dari sifat sombong atau membanggakan diri, Beliau tetap sederhana dan rendah hati. Tentunya masih banyak lagi contoh akhlak Nabi yang tidak dapat kita sampaikan dalam waktu yang singkat ini.
Ma’asyirol muslimin rohimakumullah.
Setelah kita sama-sama menghayati sejarah Nabi Muhammad saw yang terus kita bacakan dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw., dapat dimaknai bahwa Allah menginginkan Nabi menjadi contoh teladan bagi seluruh ummat manusia. Oleh karena itu, Allah menakdirkan Nabi Muhammad Saw. untuk duduk seperti umat manusia pada umumnya, memiliki keluarga, bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan saling berbagi pondok kesenangan dan kesedihan diantara sesama manusia. Perlu diketahui bahwa pada bulan Robiul Awal banyak hal yang terjadi selain kelahiran Nabi, pada bulan itu Nabi hijrah dan pada bulan itu pula Nabi wafat. Oleh karena itu, peringatan-peringatan pada bulan robiul awal tidaklah semata-mata memperingati kelahiran Nabi Saw., tetapi haruslah bersifat komprehensif untuk dapat meneladani akhlak beliau sebagai manusia pilihan Allah.
Kelahiran Beliau merupakan nikmat dan rahmat yang tak terduga untuk ummat manusia di seluruh dunia. Allah swt memerintahkan pada semua hambanya agar selalu mengingat akan segala karunia dan nikmatnya, baik yang dilimpahkan secara umum atau secara khusus kepada seseorang. Allah berfirman pada Surat Al-Anbiya’ ayat 107:
Artinya:
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.S. Al-Anbiya’: 107)
Firman Allah berikutnya dalam Surat Saba’ ayat 28:
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Q.S. Saba’: 28)
Ma’syirol muslimin rohimakumullah. Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. dapat dimaknai dalam tiga hal. Pertama, kelahiran Beliau merupakan nikmat dan rahmat tak terhingga bagi seluruh ummat manusia di dunia. Kedua, wafatnya Rasul harus dapat menyadarkan kita bahwa tidak ada yang kekal selain Allah. Kita hidup di dunia ini bersifat sementara, karena kita pada saatnya nanti akan dipanggil oleh Allah Swt. untuk meneruskan hidup di alam abadi akhirat nanti. Oleh sebab itu, Islam memerintahkan ummatnya untuk mempersiapkan diri dengan bekal yang cukup untuk kehidupan yang tak terbatas. Allah Swt. menjelaskan kembali tentang kehidupan di dunia dengan firman-Nya dalam surat Al-Hadid ayat 20:
Artinya:
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Q.S. Al-Hadid: 20)
Ma’asyirol muslimin rohimakumullah. Setiap orang akan menemui kematian yang merupakan suatu musibah. Suatu musibah harus dihadapi dengan kesabaran. Allah Swt. berfirman pada surat Al-Baqarah ayat 153-156:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu )mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." (Q.S.Al-Baqarah: 153-156)
Fakta yang ketiga, fakta yang dapat diambil dari peristiwa Hijrah yang penuh dengan kesulitan dan penderitaan, adalah suatu sikap tawakal kepada Allah swt. Tawakal adalah sikap percaya penuh kepada Allah swt setelah melakukan segala ikhtiar daya dan upaya seteah berjihad melawan dan mengatasi kesukaran dan kesusahan.
Dari ketiga peristiwa tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga sikap hidup sebagai pedoman bagi kita sebagai seorang muslim.
Pertama, syukur atas segala nikmat yang telah Allah karuniakan kepada kita.
Kedua, sabar atas segala musibah dan penderitaan yang harus kita hadapi.
Ketiga, tawakal setelah melaksanakan ikhtiar untuk menghadapi segala penderitaan dan kesulitan. Ketiga sikap ini harus melekat dalam diri kita sebagai akhlak utama dalam menjalani kehidupan kita untuk keselamatan dunia dan akhirat.
Firman Allah dalam surat Albaqoroh surat 201-202:
Artinya:
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."
Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Al-Baqarah: 201-202)
Demikianlah khutbah singkat pada hari ini, mudah-mudahan mendapatkan barokah dari Allah swt dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.