SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI

Empat belas abad silam Allah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia, di masa ketika masyarakat Arab berada dalam jurang kenistaan, kekacauan dan kejahiliyahan. Mereka adalah bangsa tak berperadaban, yang menyembah berhala buatan tangan mereka sendiri, yang
meyakini peperangan dan pertumpahan darah sebagai hal yang mulia, dan bahkan tega membunuh anak-anak mereka sendiri. Namun, melalui Islam mereka mendapatkan pengetahuan tentang nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban. Tidak hanya bangsa Arab, namun seluruh bangsa yang memeluk Islam terbebaskan dari kegelapan zaman jahiliyah dan tercerahkan oleh hikmah ilahiyah Al Qur’an. Di antara hal penting yang disampaikan Al Qur’an untuk umat manusia adalah pola pikir untuk apa mereka diciptakan ke dunia ini dan bagaimana menyikapinya agar bisa selamat dunia sampai akherat ?

Rabu, Oktober 14, 2009

Gempa Bumi, Cobaan Bagi Manusia

Ujian Bagi Mereka adalah Ujian Bagi Kita


Musibah bencana melanda negeri ini secara bertubi-tubi. Aceh, Mentawai, Jogja, Pangandaran, Tasikmalaya, Bandung selatan dan lain sebagainya sampai dengan Padang yang baru saja dilanda gempa dahsyat. Belum rampung penyelesaian urusan satu musibah telah muncul musibah lain. Bersedih sesuatu hal yang wajar karena kita memiliki hati nurani, kita semua memiliki empati ketika kita atau saudara kita tertimpa musibah bencana.
Namun kita harus mencoba memahami setiap musibah yang kita dapatkan. Segala musibah terebut terjadi dengan seijin Allah, musibah sendiri memiliki peran yang bermanfaat bagi kehidupan didunia.

"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS. Al An’am : 69)

Manusia memang ditakdirkan tidak pernah lepas dari ujian. Baik yang sudah diprediksikan ataupun yang datang tiba-tiba seketika. Ada yang menganggapnya sebagai hal biasa, entahlah mungkin karena sudah terlalu bisa dengan kondisi kesusahan ataupun yang menganggap bahwa musibah tersebut, memang logikanya harus demikian.
Bahkan ada juga yang langsung 180 drajat berubah, berubah dalam arti tobat dan memperbaiki diri dengan sebenar-benarnya. Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengampun!
Tetapi ada juga yang ‘taubat semu’. Kalau sedang susah, lebih mendekat karena muncul rasa butuh kepada Allah yang amat sangat. Tetapi ketika semua berlalu, maka berlalulah juga pendekatan yang telah dilakukan. Segala puji bagi Allah Yang Maha Mengetahui!
Uniknya, ada juga yang berbalik dari rahmat Allah swt, berpikir negatif (naudzubillah) menganggap Allah sudah tidak sayang lagi kepada hamba-Nya. Sudah berusaha berbuat baik kog tetep saja dikasih bencana kesusahan. Ya, Allah berilah kami kekuatan dan keikhlasan di jalan-Mu!
Banyak hikmah yang bisa manusia dapatkan ketika mengalami atau melihat suatu musibah, diantaranya adalah :

UJIAN
Benar banget ! Allah akan menguji hamba-Nya, mana saja yang benar-benar menuju Taqwa dan mana yang semu. Perhatikan ayat-ayat berikut ini :

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”,sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. 29:2)

“Apakah kamu akan mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyatan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 9:16)”

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah”.Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.(QS. 2:214)”.
"Apakah kamu mengira akan dapat masuk syurga sedangkan belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjuang (berjihad) di antara kamu dengan penuh kesabaran." (QS.3:142)

“Sungguh mengagumkan (sikap) orang yang beriman, dan itu tidak terjadi selain pada orang beriman. Jika ia menerima kebahagiaan ia bersyukur, maka itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia menerima musibah ia bersabar, maka itu jadi kebaikan baginya.(H.R. Muslim)”

Musibah merupakan salah satu cara Allah dalam menilai keimanan seseorang kepada takdir, karena seorang mukmin yakin bahwa segala sesuatu yang diterimanya adalah ketentuan dari Allah swt. Allah berkehendak melakukan apapun yang dikehendakinya. Oleh karena itu ucapan seorang mukmin ketika mendapati musibah ialah “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un” sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepadanya.

PENGHAPUS DOSA
Jika seorang mukmin menerima musibah dengan penuh kesabaran, keimanan dan tawakal maka hal itu akan menjadi penghapus dosa-dosanya, bahkan bisa jadi musibah yang datang bertubi-tubi itu mengantarkan kita kepada Allah dalam keadaan tidak membawa dosa karena semua akan dihapuskan oleh Allah swt.
Karena bisa saja musibah yang Allah berikan adalah bentuk kasih sayang yang Allah berikan.
“Akan terus menerus ujian menimpa mukmin dan mukminah yang menimpa jiwanya, anaknya dan hartanya hingga dia berjumpa Allah Ta’ala dalam keadaan tidak punya dosa” (H.R. Tirmidzi)

PERINGATAN BAGI ORANG-ORANG LALAI
Dengan musibah Allah mengingatkan kita bahwa Allah berkuasa untuk melakukan apapun yang dikehendaki-Nya. Kalau selama ini kita hanya mendengar, membaca kisah banjir besar yang terjadi pada jaman Nabi Nuh, dengan peristiwa gelombang tsunami atau luapan lumpur di sidoarjo jawa timur, Allah menegaskan bahwa hal itu bukan hal yang sulit untuk dipertontonkan kembali.
Tidak ada Sesuatu kekuatan apapun yang dapat menghalang-halangi proyek dan rencana Allah swt. Jika dalam banyak ayat Allah mengingatkan bahwa kiamat datang tiba-tiba, rasanya musibah gempa di Padang hari selasa kemarin telah membuktikan hal itu. Peristiwa itu juga menjadi peringatan bahwa manusia itu serba lemah, tidak memiliki apa-apa.
Jika diri, anak, istri, sanak family adalah miliki kita, mengapa kita tidak bisa mempertahankan kehidupan mereka? Jika ladang, rumah, kendaraan adalah milik kita, mengapa kita tidak dapat mempertahankannya? Ternyata kita tidak punya apa-apa, kita begitu kecil dihadapan-Nya, bahkan untuk menolak dengan apa yang tidak sukai pun kita tidak mampu.

ADZAB UNTUK ORANG DZALIM
Jangan dilupakan, tidak mustahil musibah besar ini merupakan azab dari Allah swt bagi orang-orang zalim dan orang-orang durhaka. Banyak sekali kisah didalam Al Qur’an yang menceritakan tentang kaum yang bergelimang kedzaliman kemudian dimusnahkan. Mereka sudah diseru ratusan tahun, karena masih juga membangkang maka kaum tersebut diganti seketika.
Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang tidak berdosa dalam pandangan Allah?padahal mereka termasuk dalam terjangan bencana itu.

“Wahai Aisyah sesungguhnya Allah jika menurunkan azabnya kepada orang yang berhak mendapatkan siksa-Nya sementara ditengah-tengah mereka ada orang-orang shaleh, mereka semua terkena bencana bersama orang-orang itu lalu akan dibangkitkan berdasarkan niat mereka masing-masing.” (HR Ibnu Hibban).


KEPEDULIAN = SIKAP SYUKUR
Nah ini sangat penting! Bagi yang tidak terkena musibah, selain turut berduka, ia juga wajib bersyukur. Bukan hanya sekedar Alhamdulillah! Tetapi membuktikannya dengan berbagi dengan membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah bencana. Dengan tenaga, harta dan doa.
Bayangkan jika semua yang menimpa saudara-saudara disana tersebut menimpa kita juga. Bukankah sesama muslim itu satu tubuh ? Bukankah kesalehan dalam ibadah ritual juga harus dibuktikan dengan keshalehan sosial?
Bukankah mukmin terbaik akan selalu mendermakan yang terbaik juga?
Bukankah kalimat tolong-menolong terhadap sesama itu bukan hanya slogan?
Bukankah Allah berjanji memudahkan urusan hamba-Nya yang peduli kepada saudaranya?
Ini adalah kesempatan kita, bahu membahu bergandengan tangan menguatkan keimanan dan memperkuat ukhuwah dengan sesama. Rasulullah SAW mengingatkan “Siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka ia bukanlah termasuk golongan mereka”

Wallahu a’lam.

Sumber : MTA-Online